bakabar.com, BANJARBARU – Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Kalsel, Indeks Harga Konsumen (IHK), Banua mengalami deflasi 0,35 persen.
Catatan BPS Kalsel, pada Juni 2021 di Banua terjadi penurunan IHK dari 108,01 pada Mei 2021 menjadi 107,63 di bulan Juni.
Kepala BPS Kalsel, Rusdiansyah mengatakan, deflasi pada Juni 2021, disebabkan adanya penurunan harga pada beberapa indeks pengeluaran. Salah satunya, kelompok transportasi sebesar 3,30 persen.
“Pun kelompok makanan, minuman dan tembakau juga mengalami penurunan harga sebesar 0,21 persen,” ujarnya, Senin (5/7).
Selain itu, kata dia, kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,06 persen.
Di samping lantaran penurunan harga yang signifikan pada beberapa indeks pengeluaran, Rusdiansyah menuturkan, deflasi juga terjadi dikarenakan ada sejumlah komoditas yang mengalami penurunan harga.
“Komoditas yang memberikan andil deflasi tertinggi, di antaranya angkutan udara, cabai rawit, cabai merah, bawang merah dan daging ayam ras,” imbunya.
Rusdiansyah bilang, selama Juni 2021 sebenarnya ada beberapa kelompok yang mengalami kenaikan indeks harga. Namun tak begitu signifikan untuk menghindarkan Kalsel dari deflasi.
“Misalnya, kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya naik sebanyak 0,62 persen,” timpalnya.
Selanjutnya, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya juga naik 0,59 persen.
Berikutnya, kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,21 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar lainnya sebesar 0,11 persen.
“Juga kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan sebanyak 0,03 persen. Lalu kelompok kesehatan sebesar 0,02 persen,” tambahnya.
Dari kelompok yang mengalami kenaikan indeks harga, ia menuturkan, ada beberapa komoditas yang memberikan andil inflasi tertinggi.
Di antaranya ikan gabus, telur ayam ras, mangga, ikan peda dan kacang panjang.
“Sedang kelompok pendidikan dan penyediaan makanan minuman/restoran tidak mengalami perubahan indeks harga dibanding Mei 2021 lalu,” tandasnya.
Terpisah, Kepala Dinas Perdagangan Kalsel Birhasani menanggapi deflasi itu, katanya ada banyak hal yang mempengaruhi.
Antara lain menurutnya karena masyarakat menahan diri untuk bepergian ke luar daerah.
Khususnya dengan pesawat udara, sebab biaya rapid antigen yang cukup tinggi.
“Tentunya atas kekhawatiran pendemi Covid-19, serta penerapan PPKM juga membuat masyarakat tidak melakukan perjalanan. Ini berpengaruh pada tingkat perputaran uang atau omzet para pedagang,” timpalnya.