Kalsel

Kalimat Terakhir Jurkani Sebelum Wafat

apahabar.com, BANJARMASIN – Kepergian Jurkani rupanya masih membekas di benak Denny Indrayana. Genap 10 hari sudah…

Featured-Image
Jurkani kerap tampil sebagai pembela Denny dalam proses panjang kontestasi Pilgub Kalsel 2020 silam, salah satunya menjadi saksi di sengketa pemilu di MK yang berujung pemungutan suara ulang. Foto: Dok.pribadi

bakabar.com, BANJARMASIN – Kepergian Jurkani rupanya masih membekas di benak Denny Indrayana. Genap 10 hari sudah advokat sekaligus purnawirawan polisi ini wafat.

Kalimat terakhir Jurkani sebelum wafat diungkap Denny. Jurkani salah satu relawan yang getol mendukung pencalonan Denny di Pilgub Kalsel 2020.

Bahkan Jurkani menjadi saksi kunci dalam sengketa perselisihan hasil Pilgub Kalsel di Mahkamah Konstitusi yang berujung pemungutan suara ulang.

“Sepuluh hari saya merenung dan mencoba bertanya (lagi), bagaimana memperjuangkan hukum dan keadilan di tanah kelahiran saya: Kalimantan Selatan,” ujar Denny dalam keterangan tertulisnya, “Surat Pertama untuk Indonesia, Dimanakah Keadilan Berada“, Sabtu (13/11).

Denny yang saat ini berdiam di Melbourne sengaja mengambil jeda waktu tidak langsung menulis setelah wafatnya Jurkani yang menjadi korban pembacokan brutal di Desa Bunati, Kabupaten Tanah Bumbu, Jumat 22 Oktober 2021.

“Saya ingin memberi waktu untuk hati nurani berkontemplasi, tidak terbawa emosi, karena mudah sekali hanyut dalam air mata, apalagi melihat ketidakadilan di depan mata,” ujarnya.

Advokat Jurkani Tewas, Saksi Kunci Pembacokan Brutal di Tanbu Ketakutan

Denny kemudian mengenang momen di mana Jurkani tergolek lemah dengan tubuh bersimbah darah di sebuah kasur di Klinik Angsana, Tanah Bumbu.

Tangan dan kaki Jurkani penuh luka parah akibat tebasan senjata tajam. Pergelangan tangan kanannya bahkan nyaris putus.

“Satu video almarhum di kasur klinik sederhana di pojok kota Tanah Bumbu, dengan banjir darah di sekujur tubuh, baju dan celananya, terus berputar di dalam ingatan,” ujar wakil menteri hukum dan HAM era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini.

"Jangan bepagat (putus) Allah-Allahnya," nada pilu dari seorang kerabat mengingatkan Jurkani untuk terus berzikir, seperti ditirukan Denny.

Sekali lagi, demi alasan kemanusian dan keadilan, pakar hukum tata negara ini meminta negara mengatensi serius kasus pembunuhan advokat Jurkani.

Denny menganggap tewasnya Jurkani sebagai pertanda mafia tambang ilegal masih merajalela di Bumi Lambung Mangkurat.

“Dalam setiap lingkaran mafioso, selalu ada sang Godfather, yang duduk santai di kursi singgasana. Uangnya digunakan membangun ataupun bahkan membeli Istana, beserta permaisuri dan para dayang-dayangnya. Baginya semua bisa dibeli dengan harta. Baginya semua ada harganya, kecuali nyawa manusia,” ujar Denny.

Menurutnya, ketika nyaris semua termasuk harga diri bisa dibeli, maka keadilan akan menjadi barang langka yang sulit untuk dicari.

“Apatah lagi, penegak hukum di Tanah Bumbu berhadapan muka langsung dengan duet maut tantangan: tekanan kekuasaan dan godaan keuangan. Tidak banyak yang bisa lolos dari jeratan pisau tajam bermata dua itu. Hanya manusia setengah malaikat yang makin langka dan nyaris tiada di bumi Indonesia,” sambungnya.

Dalam tragedi pembacokan di Bunati, kata dia, godaan uang dan kuasa bisa jadi amat memabukkan dan menghadirkan kisah hikayat bahwa pelakunya adalah preman mabuk yang tiba-tiba sadar dan mengenali Jurkani.

“"Ada Jurkani, itu Jurkani", dan dipecahlah kaca mobil, dan mengayunlah sabetan pedang ke tubuh sang pejuang [Jurkani]. Lalu para preman mabuk berpikir culas dan memerintahkan mobil untuk berputar melalui jalan melingkar, agar sang pejuang habis darah dan menyerah,” tutur Denny.

Tapi Jurkani, kata Denny, bukanlah pecundang. Sejak awal berjumpa, kata-kata keberanian, dan sikap ketegasan selalu terlihat dari pria asal Amuntai itu.

“Takut sudah pasti bukanlah pilihan. Karena itu pesan para sahabat agar tidak gegabah melawan sendirian, sering diabaikan. Hingga akhirnya berujung nyawa yang tak tergantikan.”

Jurkani sering bergeming di rumah sakit. Ia bolak-balik ruang operasi akibat patah tulang di kaki dan tangannya. Kondisi demikian diperparah dengan penyakit penyerta yang diderita Jurkani.

Dokter sempat menyarankan agar Jurkani melakukan cuci darah untuk menghindari saluran darah kotor masuk ke bagian kepala.

3 November 2021, sekitar pukul 10.15, Jurkani yang tengah berjuang di ruang perawatan medis meninggal dunia.

Sebelum wafat, Denny rupanya sempat bertatap muka dengan Jurkani walau hanya melalui panggilan video.

“Ketika saya bervideo call saat di rumah sakit, dengan semangat Kanda Jurkani bertutur, "Ulun (saya) tangkis, Prof. Kita lawan, kada (tidak) akan menyerah. Kita terus lawan Prof!" Setiap hari sesudahnya, saya bertelepon dan bertegur sapa memberikan pengingat dan semangat. Pada video call terakhir, pascaoperasi, dengan selang masih tersambung di mulutnya, tatapan mata Kanda Jurkani masih tajam mengirimkan semangat juang, meski di ujung matanya sudah ada air mata tergenang. Pun di mata dan hati saya, hingga kini,” ujar Denny.

“Sepuluh hari sudah Kanda Jurkani pergi, tak akan kembali. Tapi perjuangannya tidak boleh berhenti. Kita yang masih punya hati, berhutang nyawa untuk terus mencari keadilan hakiki, terus melawan mafia tambang di Tanah Bumbu, terus melawan ketidakadilan di Bumi Pertiwi,” Denny mengakhiri.

Usai Pembacokan di Tanbu, Jurkani Kini Sering Bergeming

Komentar
Banner
Banner