bakabar.com, MARTAPURA – Meninggalnya Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Kabupaten Banjar, Maidi Armansyah, masih menyisakan duka mendalam bagi rekan kerjanya.
Diakui Abdul Gani Fauzi, Sekretaris Disdik Banjar, ia merasa kehilangan orang yang benar-benar memperjuangkan pendidikan.
“Beliau itu masih muda, mobilitasnya tinggi. Meski orang teknik, saya mengakui dia di dunia pendidikan lebih cerdas daripada saya,” ujar Fauzi, kepada bakabar.com via seluler, Kamis (13/8).
“Beliau sangat memahami perundang-undangan. Dalam kepemimpinannya pun sangat mengayomi kepada rekan kerja dan para guru,” sambung Fauzi.
Kadisdik Maidi tutup usia saat berjuang melawan Covid-19 di ruang ICU RS Ulin Banjarmasin, Rabu (12/8) pukul 18.10 setelah 12 hari menjalani perawatan intensif.
Terlebih, Fauzi menyebut Maidi punya program tambahan di luar hari kerja, yang tidak pernah terekspose.
“Setiap Sabtu beliau sering ke lapangan, terjun ke sekolah-sekolah memantau para guru. Istilahnya itu safari Sabtu. Ini tidak pernah beliau ekspose,” katanya.
Meski mendiang Maidi punya sikap yang lembut dan terkadang humoris, Fauzi akui tidak menghilangkan sikap tegasnya dalam kondisi tertentu.
“Saya termasuk orang yang senior di sini (Disdik), namun beliau sebelum mengambil keputusan apapun selalu meminta saran dan masukan kepada saya, padahal dia bisa saja kalau mau mengambil keputusan sendiri,” jelas pejabat eselon III A ini.
Ia begitu menyayangkan orang seperti Maidi terlalu cepat pulang ke hadirat Allah.
“Pemakaman malam tadi di alkah ada yang bilang bahwa ‘beliau orang yang sangat cerdas sayang terlalu cepat diambil.’ Jadi kalau soal kepintaran tidak diragukan lagi, pokoknya luar biasa,” ungkap Fauzi.
Sahabat mendiang Maidi lain, Kepala Bappelitbang Kabupaten Banjar, Galuh Tantri Narindra termasuk salah satu yang sangat sedih mendengar kabar duka ini.
“Teman satu angkatan bekerja. Prajabatan sama-sama, Diklatpim sama-sama, diangkat Esselon II sama-sama. Rencana sudah janjian Diklatpim 2 sama-sama,” tulisnya di akun Facebook.
“Sahabat yang baik, ringan tangan, rancak (sering) kami hapaki (ejek), kada (tidak) mau sarik (marah). Sidin (beliau) paling tetawa supan sampai muha (wajah) sidin habang (merah)," tulisnya lagi.
“Ketemu dan bicara lama sebelum beliau masuk RS. Kami selalu memantau progres kesehatannya. Tapi Allah lebih sayang. Kami Bersedih. Selamat Jalan Kawan.”
Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Banjar, dr Diauddin mengatakan sebelum dilarikan ke rumah sakit kondisi Maidi sudah menurun.
“Beberapa kali bersama beliau seperti tidak sehat, seperti tidak fit,” ujar Dokter Dia.
Ia menyebut kemungkinan terpapar Covid-19 karena mobilitas mendiang yang tinggi, terlebih ada beberapa orang di Disdik yang sudah terpapar.
“Kita tidak bisa memastikan di mana terpaparnya. Beliau kan orang Banjarbaru, dan banyak ke mana-mana pertemuan. Di mobil beliau di Dinkes ada juga yang positif yang kontak erat dengan beliau,” tuturnya.
1 Agustus lalu Maidi dirawat di RS Ulin Banjarmasin. Sehari sebelum meninggal sebut Dokter Dia, kondisinya mulai memburuk.
“Mengalami sesak napas, gejala pneumonia dan emboli paru, sehingga dipasangi ventilator. Hampir mirip sama Pak Nadjmi (alm Walikota Banjarbaru),” ujar Dokter Dia.
Editor: Fariz Fadhillah