bakabar.com, JAKARTA – Sejumlah lembaga survei yang melaksanakan hitung cepat atau quick count Pemilu 2024 mencatat keunggulan pasangan capres-cawapres nomor urut 02 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka dibandingkan paslon lain. Bagaimana dampaknya terhadap perekonomian Indonesia jika Prabowo-Gibran terpilih menjadi presiden dan wakil presiden periode lima tahun ke depanâ?
Ditanya soal itu, Direktur Eksekutif Segara Research Institute Piter Abdullah menilai para investor tidak mempermasalahkan siapapun yang terpilih menjadi presiden nanti. Yang terpenting, kata dia, proses pemilu berjalan dengan damai dan tidak memicu kerusuhan.
Apalagi dengan Pilpres berjalan satu putaran dan tidak adanya tuntutan dari pihak lain, semakin memberikan kepastian dengan cepat bagi investor.
"Apalagi jika tidak ada tuntutan dari yang kalah, akan memberikan kepastian hukum. Efek terhadap investasi dan ekonomi akan bagus," kata Piter yang dikutip dari detikcom detikcom, Kamis (15/4/2024).
Dengan begitu, imbuh dia, para investor dapat segera mengambil langkah untuk penugasan yang baru dan berinvestasi.
Terpisah, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal mengatakan di tahun politik memang banyak investor menahan dan menunggu dalam memutuskan investasi. Dengan pemilu berjalan satu putaran, investor dapat memutuskan langkah investasinya dengan cepat.
"Artinya keputusan-keputusan bisnis, kalau satu putaran lebih cepat. Yang tadinya wait and see, banyak ditahan keputusannya, delay, sekarang keputusannya jadi cepat untuk diputuskan," ujarnya.
Dengan hasil sementara quick count ini, imbuh Faisal, para investor juga dapat melihat arah kebijakan pemerintah ke depan. Jika Prabowo-Gibran menang, pasangan tersebut akan melanjutkan kebijakan-kebijakan di era pemerintahan Jokowi.
Dari sisi pertumbuhan ekonomi, Faisal menilai akan mengalami perlambatan dibandingkan tahun 2023. Dia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap di angka 4,9-5%.
"Terlepas dari satu atau dua putaran, dari pertumbuhan ekonomi di 2024 ini tetap seperti kemarin 4,9-5%. Jadi, artinya ada sedikit perlambatan dari 2023 yang kemarin 5,5%," katanya.