bakabar.com, JAKARTA - DC kembali merilis trailer The Flash pada Selasa (25/4) lalu. Video berdurasi dua menit 24 detik itu mengungkap premis film tersebut, yang rupanya beranjak dari fenomena jelajah waktu.
Dikisahkan, Barry Allen sang superhero ‘The Flash’ tengah berbincang dengan Bruce Wayne si ‘Batman’. Dari percakapan itu, ternyata mereka mengalami luka serupa: menyaksikan sendiri orang tuanya dihabisi.
Luka tersebut memicu Wayne bertransformasi menjadi Batman, yang bertugas menumpas kejahatan di Gotham. Namun, Allen mengambil jalan berbeda: dia menggunakan kekuatan super The Flash untuk kembali ke masa lalu.
Dia berusaha mengubah peristiwa kelam tersebut supaya orang tuanya tetap hidup. Sayang, tindakan itu malah membuat alam semesta berantakan karena kejadian di masa depan juga turut berubah.
Kisah serupa yang menuturkan soal time traveler, memang kerap menjadi premis dari karya fiksi. Pun begitu dengan di dunia nyata; tak sedikit orang mengaku atau mengeklaim punya bukti mengenai penjelajah waktu.
Namun, apakah jelajah waktu benar adanya? Bisakah fenomena tersebut benar-benar mungkin terjadi di kehidupan nyata?
Melanggar Hukum Kausalitas
Melansir The Conversation, menjelajah waktu sejatinya merupakan tindakan yang melanggar kausalitas. Ini adalah sebuah aturan alam yang mengatakan "penyebab” terjadi sebelum “akibat".
Sejumlah ahli berpendapat bahwa perjalanan ke masa lalu mustahil dilakukan, mengingat jagat raya punya aturan kausalitas. Melanggar aturan itu bakal berdampak buruk bagi alam semesta dan seisinya.
Di sisi lain, secara teori, sejumlah pakar tak menampik kalau menjelajah waktu benar-benar memungkinkan. Probabilitas yang demikian berkaitan dengan Teori Relativitas milik Albert Einstein.
Paul Davies dalam How to Build a Time Machine (2002) menjelaskan Teori Relativitas secara eksplisit memungkinkan terjadinya semacam dilasi waktu. Ini disebut juga mirip perjalanan waktu, sehingga memungkinkan perjalanan lintas masa.
Perjalanan Lintas Masa ala Albert Einstein
Dalam teori itu, Einsten ‘membantah’ anggapan waktu adalah hal yang mutlak dan universal; berlaku sama untuk semua orang, tak peduli kondisi fisik mereka. Dia berpendapat interval terukur antara dua peristiwa, tergantung pada bagaimana seseorang bergerak.
Misalnya, ada sepasang anak kembar bernama Sally dan Sam. Sally bekerja sebagai astronaut, di mana mengharuskannya terbang ke planet lain dan menetap selama satu tahun, lalu kembali ke bumi.
Setibanya di bumi, Sally menemukan bahwa waktu di tempat asalnya itu sudah berlalu sepuluh tahun lamanya. Bila dibandingkan dengan saudara kembarnya, usia mereka kini tak lagi sama: Sam sembilan tahun lebih tua dari Sally.
Davies menjelaskan, sebagaimana dikutip dari Scientific American, contoh itu menggambarkan jenis perjalanan waktu yang terbatas. Akibatnya, Sally telah melompat sembilan tahun ke masa depan di bumi.
Sementara itu, Stephen Hawking dalam sebuah studinya menuliskan, "it seems like law of physics conspire to prevent the violation of causality".
Sang penemu black hole ini justru yakin bahwa hukum fisika, relativitas kuantum, dan mekanika kuantum seolah berkonspirasi untuk melarang terjadinya time travel.
Demikianlah sekilas penjelasan mengenai fenomena menjelalah waktu. Lantas, percayakah Anda dengan misteri tersebut?