bakabar.com, BANJARMASIN – Kalimantan Selatan sebentar lagi punya instalasi pemanfaatan limbah B3 pelumas bekas industri yang berorientasi bisnis. Kementerian Lingkungan Hidup mengirim sinyal bakal pembangunannya.
“Saat ini instalasi tersebut dalam tahap uji coba, sambil menunggu keluarnya perizinan berusaha dari Kementerian LHK yang telah diajukan,” ujar Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalsel Hanifah Dwi Nirwana, Jumat (11/2) dikutip bakabar.com dari Antara.
Bila beberapa izin dari Kementerian LHK beres, Pemprov Kalsel bakal meningkatkan kapasitas produksi dari kapasitas terbangun 10 ton/bulan menjadi 100 ton/bulan.
“Sehingga diharapkan ke depan untuk operasional tidak lagi bergantung dengan APBD dan bahkan diharapkan menjadi sumber pendapatan bagi daerah,” ujarnya.
DLH kini juga bekerja sama dengan Bank Indonesia. Mereka membuat proposal investasi pengembangan instalasi.
Lokasinya, di lahan yang telah disiapkan dalam satu hamparan kawasan TPA Sampah Regional Banjarbakula di Gunung Kupang Banjarbaru.
Hanifah yakin kendati saat ini belum menghasilkan keuntungan, namun ke depan ini akan menjadi potensi pendapatan daerah atau PAD yang cukup besar.
“Yang pada akhirnya bisa dimanfaatkan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat,” ujarnya.
Saat ini, klaim dia, instalasi tersebut sudah banyak dilirik oleh perusahaan di Kalsel untuk pengembangan.
Melalui TPA dan instalasi pemanfataan limbah B3 pelumas bekas tersebut, diharapkan ke depan berbagai persoalan sampah dan limbah B3 di Kalsel bisa dikelola dan diselesaikan dengan baik.
“Sehingga menuju zero waste adalah keniscayaan,” jelasnya.
POTENSI KALSEL
Kalsel yang merupakan salah satu provinsi penghasil batu bara terbesar nasional. Demikian dengan volume limbah B3-nya. Selama ini potensi itu belum dilirik secara maksimal.
“Dapat dibayangkan, dengan banyaknya perusahaan batu bara yang memanfaatkan alat berat yang banyak, berapa ratus ribu ton limbah B3 pelumas bekas yang dihasilkan setiap tahunnya,” kata Hanifah.
Upaya pembangunan instalasi pemanfaatan limbah B3 pelumas bekas ini, tentu saja akan mengubah pola pikir bahwa limbah B3 pelumas bekas tidak memiliki nilai ekonomi.
“Limbah B3 masih memiliki nilai ekonomi sekaligus membantu menyelesaikan masalah ekologi,” ujarnya.
Selain itu, tentu saja mengurangi beban bumi. Dan mengurangi biaya transportasi. Karena tidak perlu lagi mengirim pelumas bekas ke Jawa. Cukup dikelola di Kalsel.
Setelah dilakukan proses pemanfaatan, pelumas bekas bisa dimanfaatkan kembali untuk bahan bakar alternatif. Seperti minyak diesel (high speed diesel/HSD) untuk alat berat. Maupun perahu mesin (kelotok), alat-alat pertanian dan lainnya.
Saat ini, klaim Hanifah, tim DLH telah menemukan formula yang tepat. Baik dari sisi kejernihan oli. Dan beberapa parameter rujukan sebagai bahan bakar alternatif. Sehingga siap untuk dikembangkan menjadi industri pemanfaatan limbah B3 pelumas bekas, dengan skala yang lebih besar.
“Pekerjaan rumah kita, untuk menyesuaikan dengan kekentalannya saja yang belum sesuai,” katanya.