Hot Borneo

Ironi SDN Murung Kenaga Martapura, Minim Siswa di Tengah Permukiman Padat Penduduk

Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Desa Murung Kenanga, Martapura, Kabupaten Banjar, tampak sepi.

Featured-Image
Ruang kelas tiga SDN Murung Kenanga, Martapura, Kabupaten Banjar hanya diisi dua orang siswa. Foto-apahabar.com/Hendra Lianor

bakabar.com, MARTAPURA - Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Desa Murung Kenanga, Martapura, Kabupaten Banjar, tampak sepi. Jumlah siswanya merosot drastis dibandingkan beberapa tahun lalu. 

Pada tahun ajaran baru 2023/2024, tercatat hanya ada tiga siswa yang mendaftar. Padahal, sekolah tersebut berada di lokasi padat penduduk.

Saat ini sekolah tersebut hanya memiliki total 22 murid; kelas satu dan dua masing - masing tiga siswa, kelas tiga dan kelas empat sebanyak dua siswa, lalu kelas lima diisi delapan siswa, dan kelas enam diisi empat siswa. 

Padahal sebelumnya sekolah ini punya banyak murid. Tapi seiring waktu jumlah siswa makin berkurang. Penyebabnya, orang tua lebih memilih menyekolahkan anaknya di madrasah atau pesantren berbasis agama yang lokasinya masih satu desa.

Kepala SDN Murung Kenanga, Romjiah, membenarkan kondisi tersebut. Dia mengatakan dahulu sekolah madrasah membuka jadwal belajar mengajar pada siang hari. Sedangkan saat ini jadwalnya menjadi pagi hari, bersamaan dengan sekolah negeri. Akibatnya, orang tua siswa diharuskan memilih salah satunya. 

"Kalau dulu kan anak - anak paginya sekolah SD siangnya sekolah madrasah sampai sore," ucap Romjiah saat ditemui di ruang kantornya di SDN Murung Kenanga.

SDN Murung Kenanga makin ditinggalkan saat pemerintah mewajibkan proses belajar mengajar melalui sistem daring saat pandemi Covid-19 melanda. Kondisi ekonomi warga setempat belum mampu untuk mengikuti sistem daring tersebut. 

"Para orang tua murid di sini kebanyakan berekonomi menengah ke bawah. Untuk bisa makan saja sudah untung, apalagi harus membelikan HP untuk anak belajar daring saat itu," ucapnya yang diamini pengawas sekolah, Hj Ermawati, dan guru wali kelas, Abdul Hamid.

"Pernah ada siswa datang ke sekolah matanya pucat, ternyata belum sarapan. Kami guru yang melihat kan kasihan. Lalu memberikan uang buat beli makanan, ternyata dibelikan gorengan sosis," sambungnya lagi.

Para orang tua siswa kebanyakan bekerja di pasar. Ada menjaga toko, ada juga yang cuma pekerja lepas harian seperti mengupas bawang, lalu diupah sekadarnya.

"Jadi para orang tua inginnya anak sekolah sekaligus dititipkan di sini. Mereka tidak mungkin bisa mendampingi anaknya belajar daring," ucap Romjiah menceritakan kondisi saat pandemi.

"Ketika pandemi itu bahkan siswa yang sudah sekolah di sini banyak pindah ke madrasah, karena di madrasah tidak menerapkan belajar online. Para orang tua pun tidak peduli soal Covid-19," tuturnya lagi.

Baca Juga: Kasus Oknum Polisi Polda Kalsel Ingkar Janji Berujung Islah

Kepala Desa Murung Kenanga, Hifzil Khair, ikut mengamini bahwa Covid-19 jadi salah satu faktor minimnya siswa SDN di desanya.

"Sejak Covid-19 siswa SDN Murung Kenanga turun drastis. Para siswa diwajibkan vaksin, warganya banyak takut lalu memilih pindah ke pesantren yang tidak perlu vaksin," ungkap Hifzil Khair.

Kurangnya murid juga berdampak pada minimnya dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), sehingga pihak sekolah tidak dapat berbuat banyak untuk mengembangkan sekolah.

Tak hanya itu, para guru pun harus bekerja ekstra dalam mengajar, sebab rata - rata murid yang mereka terima belum pernah menempuh pendidikan PAUD maupun TK.

"Ya, tidak sedikit kami mengajar anak yang belum mengenal sama sekali huruf huruf abjad. Jadi para guru di sini mengajarinya dari nol," ungkap salah satu guru SDN Murung Kenanga, Abdul Hamid.

Pihak sekolah menyadari kondisi minimnya minat warga. Untuk mengatasinya pihak sekolah bahkan jemput bola ketika penerimaan siswa baru dengan mendatangi ke rumah hingga pasar menawarkan sekolah gratis, termasuk memasang spanduk dan membagikan brosur.

"Bahkan baju seragam juga kami gratiskan kemarin," ungkap Hamid.

Meski begitu pihaknya selalu mengupayakan memberi pendidikan berkualitas dan ceria. Bahkan pihaknya berencana akan menambah mata pelajaran belajar membaca Al-Qur`an.

Sementara warga setempat, M Khair, mengakui juga lebih memilih memasukkan anak ke pesantren karena ingin anaknya diberi pendidikan agama Islam.

"Karena sekolah di madrasah atau pesantren kita terbantu dalam pendidikan agamanya," ucapnya.

Baca Juga: Orang Tua di Banjarmasin yang Dilaporkan Anaknya ke Polisi Sampaikan Klarifikasi

Adapun untuk ijazah formal, ia menyebut para orang tua memasukkan anaknya ke sekolah paket yang sudah tersedia di sana.

Pengawas di SDN Murung Kenanga, Hj Ermawati juga tak menampik sejumlah sekolah negeri kalah dari segi kuantitas dengan sekolah madrasah atau pesantren.

Ia mengatakan hal ini tak hanya terjadi di Murung Kenanga saja, ia mencontohkan di SDN Tunggul Irang Ulu yang hanya dapat lima siswa tahun ini, juga SDN di Pesayangan minim siswa lantaran berdekatan pesantren.

"Banyak orang memilih sekolah di madrasah seperti di wilayah Murung Kenanga, Tunggul Irang Ulu, Pasayangan. Mereka juga mudah mendapatkan ijazah sekolah umum dengan mengejar paket," tandasnya.

Editor


Komentar
Banner
Banner