bakabar.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat (3/2) sore menguat 21,16 poin atau 0,31 persen ke posisi 6.911,7. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 naik 9,76 poin atau 1,04 persen ke posisi 952,8.
Penguatan IHSG terjadi seiring dengan perekonomian dalam negeri yang relatif stabil.
"Lebih ke kinerja emiten dan stabilnya kondisi ekonomi, salah satu faktor stabilnya inflasi." kata Analis Yugen Bertumbuh Sekuritas William Surya Wijaya kepada Antara di Jakarta, Jumat.
Inflasi dalam negeri turun menjadi 5,28 persen year on year (yoy) pada Januari 2023, dari sebelumnya 5,51 persen yoy pada Desember 2022.
Baca Juga: IHSG Pagi Ini Berpeluang Menguat Ditopang Penurunan Inflasi Domestik
Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia juga menguat menjadi 51,3 pada Januari 2023, atau naik 0,4 poin dari level sebelumnya 50,9 pada Desember 2022.
Dari eksternal, arah kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) sudah cenderung dovish, dengan hanya menaikkan Fed Fund Rate (FFR) sebesar 25 basis poin.
Bos The Fed Jerome Powell mengakui bahwa inflasi mulai mereda, namun, terlalu dini untuk menyatakan menang melawan inflasi.
Dibuka menguat, IHSG terus bergerak di teritori positif sampai penutupan sesi pertama perdagangan saham. Pada sesi kedua, IHSG masih nyaman bergerak di zona hijau hingga penutupan perdagangan saham.
Baca Juga: Resmi Melantai di Bursa, Saham FWCT Dibuka Naik 34,75 Persen
Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, enam sektor meningkat di mana sektor teknologi paling tinggi yaitu 1,62 persen, diikuti sektor properti dan sektor infrastruktur naik masing-masing 1,23 persen dan 0,97 persen.
Sedangkan lima sektor terkoreksi dimana sektor energi turun paling dalam minus 3,27 persen, diikuti sektor industri dan sektor barang baku yang masing-masing minus 0,58 persen dan 0,54 persen.
Saham-saham yang mengalami penguatan terbesar yaitu DEWI, NICL, MEDS, CENT, dan LAJU. Sedangkan saham-saham yang mengalami pelemahan terbesar yakni ISAP, MGLV, MIDI, OKAS, dan SDPC.
Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 1.284.057 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 22,70 miliar lembar saham senilai Rp10,52 triliun. Sebanyak 241 saham naik, 262 saham menurun, dan 213 tidak bergerak nilainya.