bakabar.com, BANJARMASIN – Belum genap setahun, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) kembali terendam air bercampur lumpur. Sebagian wilayah perkotaan lumpuh akibat air kiriman di pertengahan November 2021.
Belum hilang dari ingatan, di awal tahun lalu bencana serupa menyapu kawasan HST dan daerah lain di Kalsel. Pemerintah berdalih bencana itu akibat anomali cuaca yang ekstrim. Intensitas hujan yang lebih banyak dibandingkan sebelumnya.
Saat memberikan keterangan di Narasi dan Mata Najwa, Pemerintah Kalsel lewat Sekretaris Daerah, Roy Rizali Anwar bilang intensitas hujan yang menumpahkan 2 miliar meter kubik air dalam tiga hari menyebabkan banjir terjadi.
Dia juga bilang kondisi ini pernah terjadi tahun 1928 khususnya ditangkapan air Barabai. Kondisi ini disinyalir periode ulang 50 atau 100 tahunan.
“Saya rasa perlu penelitian yang lebih detail seperti ini,” kata Roy dalam wawancara itu.
Hal serupa pun masih sama keluar dari mulut Roy baru-baru ini. Mantan Kepala Dinas PUPR Kabupaten Tanah Bumbu (Tanbu) berujar tak bisa memastikan penyebab bencana akibat dari kerusakan hutan.
“Saya secara khusus belum mendapat laporan terkait pembalakkan liar. Tapi petugas pasti ada lah,” katanya ditemui usai Paripurna DPRD Kalsel, Jumat (18/11).
Sebelumnya, 15 November Ibukota HST, Barabai kembali direndam banjir. Data BPBD setempat per 17 November sebanyak 1.137 rumah di 8 dari 11 Kecamatan terendam.
Air bercampur lumpur lampak menutupi rumah-rumah warga. Jembatan sementara yang bangun kembali rusak.