News

Hilal Tak Terlihat, Idulfitri di Singapura Telat Sehari Dibanding Indonesia

apahabar.com, JAKARTA – Berbeda dengan Indonesia dan sebagian besar negara di dunia, Singapura baru akan merayakan…

Featured-Image
Berbeda dengan Indonesia, muslim di Singapura baru akan merayakan Idulftri 1443 Hijriah, Selasa (3/5). Foto: Masjiduna

bakabar.com, JAKARTA – Berbeda dengan Indonesia dan sebagian besar negara di dunia, Singapura baru akan merayakan Idulfitri 1443 Hijriah, Selasa (3/5).

Perbedaan ini disebabkan mayoritas ulama di Singapura memastikan bulan sabit belum terlihat di hari ke-29 Ramadan.

“Kami dengan senang hati mengumumkan bahwa 1 Syawal 1443 Hijriah bertepatan dengan 3 Mei 2022,” demikian pernyataan resmi Kantor Mufti Singapura, seperti dilansir CNN, Senin (2/5).

Keputusan ini jelas berbeda sejumlah negara mayoritas muslim seperti Indonesia, Malaysia, Arab Saudi dan negara Teluk lain yang memutuskan 1 Syawal, Senin (2/5).

Perbedaan itu terus dipertanyakan masyarakat Singapura di media sosial. Namun demikian, penetapan 1 Syawal 1443 Hjiriah di Negara Singa ini sama dengan Bangladesh, India dan Pakistan.

Baca juga:Patuhi Ketetapan MABIMS, Majelis Ulama Singapura Putuskan Awal Ramadan Pada Minggu 3 April

“Semua orang berpegang prinsip bahwa Ramadan di setiap negara tak lebih dari 30 hari,” beber Nazirudin Mohd Nasir, Mufti Singapura.

“Namun perbedaan awal penanggalan Hijriah ini sering terjadi di masa lalu. Mungkin bisa saja kembali terjadi di tahun-tahun depan,” imbuhnya.

Untuk menentukan 1 Syawal, Kantor Mufti Singapura bersama ahli berusaha memantau secara jelas bulan sabit.

Namun upaya tersebut tidak berhasil, karena ufuk barat dilindungi mendung disertai awan selama pemantauan hilal.

Singapura sendiri mengacu kepada peraturan yang disepakati bersama antara negara-negara Brunei, Indonesia, Malaysia dan Singapura (MABIMS).

“Ini berarti 3 Mei 2022 adalah hari pencukup bulan Ramadan menjadi 30 hari, sekaligus awal Syawal 1443,” tambah Majlis Agama Islam Singapura (MUIS).

“Berdasarkan panduan Nabi Muhammad, ulama menggunakan hisab dan rukyah untuk memastikan andai anak bulan dapat dilihat ataupun tidak,” tambah keterangan tersebut.



Komentar
Banner
Banner