bakabar.com, TANJUNG – Sempat berbanderol Rp10 sampai Rp11 ribu per kilogram selama sekitar enam bulan terakhir, akhirnya harga karet lump di Tabalong anjlok lagi.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari kalangan pengepul, Kamis (1/9), harga karet hanya sekitar Rp8 ribu per kilogram.
Sontak penurunan tersebut membuat petani karet mulai resah. Terlebih situasi ini berbarengan dengan penurunan produksi karet di kebun.
Di sisi lain, cuaca yang sering hujan dalam beberapa pekan terakhir, ikut membuat petani semakin jarang menyadap karet mereka.
“Sepekan lalu masih seharga Rp8.700 hingga Rp9.000 per kilogram. Namun sekarang semakin turun sampai Rp8.000 per kilogram,” papar Imis, salah seorang petani karet di Desa Padangin, Kecamatan Muara Harus, Kamis (1/9).
“Kalau sebelumnya saya mendapatkan penghasilan sekitar Rp400 ribu per minggu, sekarang mungkin hanya sekitar Rp150 ribu,” tambahnya.
Ironisnya penurunan harga karet berbanding terbalik dengan banderol sejumlah bahan pokok. Salah satunya harga beras yang cenderung meningkat.
“Tentu kami tidak ingin hasil menyadap karet tidak lagi mencukupi untuk membeli kebutuhan pokok,” tambah petani lain bernama Usu.
“Kami sama-sama berdoa semoga harga karet tidak terus anjlok, sehingga pasar-pasar kembali ramai dikunjungi warga,” tambahnya.
Sementara Ulis yang merupakan salah seorang pengepul karet lump di Tabalong, membenarkan kalau harga mulai turun sejak Juli 2022.
“Penurunan harga sekitar Rp 2.000 per kilogram. Kalau sebelumnya dibeli seharga Rp8.500, tapi sekarang saya hanya berani Rp8.000,” beber Ulis.
Bahkan menurut informasi dari pembeli di Banjarmasin yang diterima Ulis, harga karet akan terus turun. Ini terimbas harga karet dunia yang memang anjlok.
“Untuk sementara pasaran harga karet di Banjarmasin sekitar Rp10.450 ribu,” jelas Ulis yang biasanya membeli karet warga di wilayah Bajut, Tanta, Mangkusip, Padangin dan Muara Harus.
“Namun kalau kami telat mengirim, dikhawatirkan harga akan turun terus. Sudah pasti kami yang merugi,” tandasnya.