bakabar.com, BANJARMASIN –Memasuki pertengahan Januari 2019, PT Pertamina (Persero) telah memasok kurang lebih 50 ribu gas elpiji ukuran 3 Kg untuk wilayah Kalimantan Selatan.
Siasat tersebut guna menambah stok yang ada, sekaligus mengantisipasi kenaikan harga jual si ‘melon’ di pasaran.
Namun, berdasar pantauan lapangan, sebagian masyarakat masih ‘mengeluhkan’ harga jualnya. Sejumlah masyarakat ada yang membeli hampir dua kali lipat dari harga eceran tertinggi (HET), yakni Rp 17.500.
Salah satu contohnya adalah Budi. Sebagai pihak ketiga, pemilik toko eceran ini membeli Rp 28 ribu. Harga tersebut didapat setelah membeli dari pedagang eceran sepeda motor seharga Rp 25 ribu.
“Bahkan pernah saya ditawari satu tabung 28 ribu. Kalau saya beli, kira-kira saya harus menjual di atas Rp 30 ribu. Saya tidak mau beli kalau harganya di atas Rp 25 ribu,” aku Budi, warga Jalan Mayjen Sutoyo, Teluk Dalam, Banjarmasin kepada bakabar.com.
Pertamina telah menjamin harga jualelpiji 3 Kg melalui agen hingga pangkalan yang terdaftar sudah sesuai dengan HET.
Para pemilik pangkalan resmi yang memiliki bukti kerjasama mesti menjual sesuai dengan harga yang sudah ditentukan. Sementara, agen hanya memberikan jatah 280 tabung tiap pengiriman.
“Biasanya, seminggu kami dapat dua kali kiriman,” ujar salah satu petugas pangkalan di Jalan Rantauan darat, Banjarmasin.
Di sana, dalam sebulan kira-kira satu pangkalan bisa menjual kurang lebih 2.800 tabung.
Untuk menjual, pangkalan ini menerapkan sistem yang cukup ketat. Supaya tepat sasaran, ketua RT setempat turut dilibatkan oleh pangkalan. Tiap warga akan mendapatkan satu kupon yang dapat ditukarkan dengan satu gas elpiji ukuran 3 Kg.
Serupa Budi, harga elpiji yang berada di atas HET turut menyulitkan Palmi Jaya. Sudah seharusnya, kata warga Banjarbaru ini, pemerintah membuat sebuah kebijakan dalam bentuk produk hukum. Isinya, melarang pengecer menjual melebihi harga yang distandarkan.
“Kemarin saya juga jadi korban kenakalan agen dan pengencer. Saya beli gas 3 Kg harganya 35 ribu,” jelasnya.
Dirinya menyadari jika PT. Pertamina takkan mungkin melakukan pengawalan distribusi elpiji sampai ke level pengecer, warung atau juga konsumen sepihak saja.
“Di SPBU, harganya cuma 17.500 karena habis kebanyakan warga terpaksa membeli di pengecer. Kasihan rakyat miskin. Pelanggarnya harusnya dikenai sanksi berat,” jelasnya.
Salah satu anggota DPRD Kalimantan Selatan yang dapat ditemui media ini adalah Imam Suprastowo.
Anggota Komisi II ini mengatakan, salah satu celah yang dapat membuat harga elpiji 3 Kg melambung adalah banyak rumah makan besar yang juga ikut mengunakan elpiji 3 kg.
“Kalau rumah makan itu mestinya tidak boleh lagi, harus ada penindakan,” kata Imam.
Menurutnya, jika rumah makan masih mengunakan elpiji 3 kg sebagai modal usahanya mesti ada tindakan serius oleh para satgas yang dibentuk.
Dia juga menyebut, dalam beberapa waktu ke depan akan mengajak beberapa instansi terkait untuk melaksanakan sidak di sejumlah wilayah.
Imam juga mengatakan sebelumnya gubernur sudah mengeluarkan mandat agar para pegawainya tidak menggunakan elpiji 3 Kg.
“Gubernur juga sudah mengimbau agar para ASN yang gajinya Rp 1,5 juta tidak mengunakan elpiji3 Kg,” ujarnya.
Untuk diketahui, pada Desember 2017 lalu Gubernur telah menandatangani surat edaran bernomor 510/01594/SARPRASKODA tentang Penggunaan elpiji tabung 3 Kg.
Dalam surat itu sudah dicantumkan siapa saja yang berhak untuk menggunakan tabung gas elpiji 3 kg.
Namun sayang, fakta di lapangan masih banyak kalangan mampu berpenghasilan lebih dari cukup yang masih menggunakan elpiji 3 kg.
Tak ayal, hal ini menjadi salah satu sebab sulitnya elpiji 3 kg diperoleh masyarakat karena jatah yang semestinya digunakan untuk masyarakat golongan tertentu, ternyata diambil oleh masyarakat yang lain.
Baca Juga:Pertamina Bantah LPG 3Kg di Kalimantan Selatan Langka
Baca Juga:Agen 'Nakal' hingga Pengecer Sepeda Motor Menjamur, LPG di Kalsel Jadi Langka?
Baca Juga:Konsumsi BBM dan LPG di Kalimantan Naik
Baca Juga:Gas Melon Langka, Pedagang Kecil Menjerit
Baca Juga:Berburu Si 'Melon', Operasi Pasar di Pemurus Dalam Diserbu Warga
Baca Juga:Hitungan Jam, 'Melon' 1 Truk Ludes Terjual
Reporter: Rizal Khalqi
Editor: Fariz Fadhillah