bakabar.com, BANJARMASIN – Harus pintar-pintar memutar otak demi keberlangsungan usaha. Itulah yang dilakukan Anisa (23), penjual keripik usus goreng di Banjarmasin.
Anisa tak menampik bahwa lonjakan harga sejumlah bahan pokok sangat berdampak terhadap dagangannya.
Diakuinya, usaha yang belum lama dirintis itu sudah dihantam oleh dua kenaikan harga bahan baku sekaligus selama sebulan terakhir.
"Selain minyak goreng, harga cabai rawit sekarang juga naik," ucapnya kepada bakabar.com, Senin (28/3).
Usaha yang dilakoni Anisa memang harus memerlukan bahan baku cabai. Sebab, usus gorengnya itu menawarkan beragam varian rasa, termasuk pedas.
Di tengah gejolak bahan baku seperti sekarang, tak banyak yang bisa ia lakukan. Satu-satunya cara mensiasati dengan mengurangi takaran dagangan. Yang biasa sebesar 150 gram per bungkus kini menjadi 100 gram.
"Karena kalau mengurangi harga tidak mungkin, penghasilan saja sekarang sudah menurun sampai 20 persen," ujar mahasiswi perantau asal Rantau, Tapin ini.
Anisa berharap, pemerintah dapat mengendalikan kenaikan bahan pokok ini. Ia khawatir akan terancam gulung tikar, mengingat jualan keripik usus adalah satu-satunya cara agar tetap bertahan di 'kampung orang'.
"Hanya ini [berjualan] yang bisa dikerjakan mahasiswa perantau di tengah padatnya jadwal perkuliahan," tutupnya.
Melihat website resmi Dinas Perdagangan Provinsi Kalsel, gejolak harga masih terus terjadi pada berbagai jenis cabai.
Per hari ini. Senin (28/3), rawit lokal berada di rata-rata Rp108.800 per kilogram. Ada penurunan Rp1.200 dibanding harga kemarin. Begitu pula dengan rawit tiung segar yang berturun ke harga Rp66.100/kg.
Sementara cabai rawit taji segar kini Rp81.600 per kg, naik lagi sekitar Rp1.600 dibanding rata-rata harga kemarin. Demikian pula dengan cabai merah besar yang mengalami kenaikan Rp4.400 menjadi Rp56.600/kg.