Kalsel

Hantu Api dan Mitos dalam Kebudayaan Banjar

apahabar.com, BANJARMASIN – Nilai-nilai spiritual masih melekat dalam kepercayaan masyarakat Kalimantan Selatan hingga hari ini. Budayawan…

Featured-Image
Ilustrasi hantu api. Foto-Istimewa

bakabar.com, BANJARMASIN - Nilai-nilai spiritual masih melekat dalam kepercayaan masyarakat Kalimantan Selatan hingga hari ini.

Budayawan Banjar, Tajuddin Noor Ganie, yang menulis “Kamus Mitos Banjar” mencatat ada ratusan mitos yang terus berkembang seiring kemajuan zaman dan teknologi.

Aktif menulis sejak tahun 1980-an, Tajuddin menyebut mitos tidak hanya berhubungan dengan hal-hal gaib saja, tetapi juga terdapat pada hal lain seperti adat, budaya, bahkan kuliner.

Mitos tersebut terbentuk dari kepercayaan masyarakat secara turun temurun. Karenanya pria paruh baya ini masih mempertahankan pandangannya sebagai upaya melestarikan tradis itu kepada generasi mendatang.

"Karena kejadiannya ‘kan berulang. Sampai tiga kali berturut-turut saja orang akan percaya," katanya dalam perbincangan bersama bakabar.com, Rabu (16/10).

Salah satu mitos yang kembali berkembang di masyarakat adalah “Hantu Api”. Istilah Hantu Api erat kaitannya dengan mitos tentang sosok makhluk astral yang diyakini terlibat dalam setiap peristiwa kebakaran di suatu daerah. Namun, terminologi Hantu Api memang lebih akrab di telinga masyarakat Kalsel, terutama warga suku Banjar.

Kota Banjarmasin memang tidak hanya dikenal sebagai kota Seribu Sungai, tapi juga “kota seribu pemadam kebakaran.” Sebutan itu bukannya tanpa fakta. Sebab, berdasarkan catatan Ketua Lembaga Kajian Sejarah Sosial dan Budaya Kalimantan, Mansyur, kota Banjarmasin pernah mendapat pengakuan dari Museum Rekor Indonesia sebagai kota dengan jumlah pemadam kebakaran terbanyak se-Asia.

Di balik peristiwa kebakaran itu, isu Hantu Api kerap muncul dari mulut ke mulut, dari satu akun ke akun, dan dari satu grup ke grup lainnya, hingga sering kali menjadi perbincangan masyarakat luas. Contohnya adalah kebakaran hebat yang melanda kawasan Alalak Selatan.

Di daerah itu, isu Hantu Api langsung menyebar tak lama setelah kebakaran terjadi. Keresahan pun muncul. Apalagi foto dan video yang memuat informasi tentang Hantu Api sudah beredar di media sosial. Bahkan, ada pula sebaran foto yang menampakkan wujud satu sosok yang berpakaian layaknya seorang sultan.

Namun, menurut Tajuddin, Hantu Api bukanlah sosok provokatif dari alam sebelah yang terlibat langsung dan menjadi penyebab kebakaran. Hantu Api juga bukan sosok yang menambah besar kobaran api.

Tajuddin menafsirkan Hantu Api sebagai bentuk peringatan kepada kepada masyarakat akan munculnya musibah kebakaran. Dalam pengalamannya, dia mengaku pernah menyaksikan bagaimana cahaya berwujud bola api itu melintas di hadapannya.

"Sesuatu itu tidak mungkin datang secara mendadak. Pasti ada ciri-ciri atau tandanya. Dulu, sih, juga karena percaya sama tetua kampung," ungkapnya.

Firasat yang dirasakan manusia sebelum sebuah peristiwa terjadi dinilai masih wajar. Sejumlah studi menemukan beberapa hewan yang memiliki indra yang tajam akan berperilaku berbeda saat akan terjadi bencana alam.

"Hewan-hewan seperti burung akan ribut sebelum bencana. Bagi orang yang tahu dan memperhatikan tanda-tanda alam akan tahu. Jadi, lebih waspada lah," papar dia

Pun halnya dengan sebagian orang yang meyakini penampakan dalam kobaran api yang membesar sebagai sebuah ilusi.

"Kebakaran kan sebagian akibat kelalaian manusia. Kita tidak tahu sumbernya, apakah kabel listrik atau lainnya. Nah, faktor penyebabnya tadi bisa saja yang menimbulkan kobaran berbeda, sehingga memunculkan ilusi di mata kita," tuturnya.

Pada umumnya, Hantu Api dapat dilihat dengan mata telanjang oleh siapa saja. Tidak ada pengkhususan bagi orang tertentu. "Tidak diperlukan kemampuan tinggi untuk melihat hal-hal gaib, kalau ditunjukkan dia bisa saja melihat," katanya.

Mitos Hantu Api yang terus menyebar di kalangan masyarakat, menurut Tajuddin, hendaknya dipahami sebagai sebuah peringatan atau bentuk kewaspadaan, dibandingkan hanya berakhir menjadi isu heboh yang akhirnya meresahkan masyarakat.

Pada hari yang sama, kepada bakabar.com, Ketua RT 05 Alalak Selatan, Musliani, membenarkan adanya isu Hantu Api saat kebakaran terjadi beberapa waktu lalu. Meski demikian, ia sendiri masih meragukan kebenaran isu tersebut.

"Ada yang bilang melihat, ada juga yang hampir menangkap sosok sultan itu. Tapi, saya tidak berani memastikan kebenarannya karena tidak melihat sendiri," kata Musliani.

Isu yang sama juga sempat terjadi saat peristiwa kebakaran terjadi di kawasan Kelayan B beberapa waktu lalu. Namun, kali ini kehebohan tidak meluas karena hanya menyebar di kalangan tertentu saja. Menurut Ketua RT 07, Abdul Hadi, dirinya bahkan tidak tahu menahu akan adanya penampakan dimaksud.

"Saat kebakaran tidak ada kehebohan itu. Saya baru tahu setelahnya lewat HP. Kalau lihat fotonya itu jelas bukan di sini," jelasnya.

Hadi dapat memastikan potongan gambar penampakan yang tersebar saat kebakaran terjadi bukan berada di wilayahnya. Rata-rata warga di sekitar lingkungannya memiliki rumah dengan pondasi kayu dan saling berimpitan satu sama lain. “Itu jelas berbeda dengan foto yang tersebar luas di media sosial,” tandasnya.

Baca Juga: Mencemari Udara Marabahan, PT Talenta Dituntut Bertanggungjawab

Baca Juga: Oral Seks Diduga Oknum Siswi Banjarmasin, Disdik Sambangi Sekolah

Baca Juga: Panel MCB Listrik RS Haji Boejasin Hilang Dicuri

Reporter: Musnita Sari
Editor: Puja Mandela



Komentar
Banner
Banner