bakabar.com, BANJARMASIN – Dalam dua pekan terakhir, gempa bumi membuat bergetar beberapa wilayah di Pulau Kalimantan. Pakar Bidang Ilmu Rekayasa Geologi Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Adip Mustofa mengatakan fenomena gempa di Pulau Kalimantan diakibatkan adanya patahan batuan bumi yang bergeser dari arah pasifik mulai membelah ke pulau tersebut.
Sebagaimana diketahui, pada Selasa (13/2/2024) pagi, terjadi gempa dengan kekuatan M 4,7 berpusat di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Kemudian, Minggu (18/2/2024), lindu serupa berkekuatan M 3,2 terjadi di wilayah Hulu Sungai yang berpusat di Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST).
Selanjutnya, Jumat (23/4/2024) malam, gempa berkekuatan M 2,8 mengguncang Kabupaten Berau, Kalimantan Timur.
Secara geologi, menurut Adip Mustofa, terjadi pensesaran batuan dari arah pasifik menuju Pulau Papua, lalu ke Pulau Sulawesi, dan mulai membelah bagian timur Pulau Kalimantan. ‘’Sehingga, terjadilah patahan di sebagian wilayah Kalimantan yang menyebabkan guncangan magnitudo berkekuatan skala kecil,” katanya di Banjarmasin, Sabtu (24/2/2024).
Menurut Adip, aktivitas sesar batuan di Kalimantan tersebut tidak dapat diprediksi secara spesifik kapan waktunya terjadi. ‘’Namun, seiring berjalannya waktu akan terjadi karena merupakan fenomena alam yang sudah terjadi sejak zaman batu ratusan juta tahun lalu,’’ ujarnya yang dilansir Antara.
Aktivitas patahan batuan di Pulau Kalimantan, kata dia, sudah terjadi sejak zaman Jura, yang mana pada saat itu periode utama dalam skala waktu geologi yang berlangsung sekitar 165 juta tahun lalu. Hal ini menjadi bukti bahwa batuan di Kalimantan tidak utuh lagi, karena telah terjadi patahan sejak zaman dahulu.
“Beberapa pekan lalu di Pulau Kalimantan terjadi patahan batuan yang menyebabkan gempa di wilayah timur, selatan, dan tengah. Ini akan berlanjut ke wilayah barat,” ujarnya.
Menurut Adip, fenomena gempa yang beberapa waktu lalu terjadi di sebagian wilayah Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Tengah, yang tercatat BMKG lebih dari enam kali pada Februari 2024, bukanlah kejadian pertama kali.
Adip menjelaskan, pada tahun lalu juga terjadi gempa di Kalimantan, yang menurut BMKG terjadi akibat aktivitas pergeseran batuan dan pensesaran yang dipicu penumpukan energi, karena patahan, sehingga menyebabkan gempa. ‘’Bahkan, pada 1923, 1925, 1936, juga pernah terjadi pensesaran,’’ ujarnya.
Selain itu, lanjut dia, perlu diketahui bahwa wilayah Kalimantan Selatan yang terkenal dengan Pegunungan Meratus –membentang cukup luas ke arah timur, selatan, barat, dan utara-- telah diidentifikasi pakar terdapat sesar meratus berupa patahan batuan dengan panjang mencapai 150 kilometer.
Bahayanya, imbuh dia, adalah jika batuan Meratus sering aktif dan pergeseran patahan semakin menggesek panjang, akan menyimpan energi yang semakin besar yang menyebabkan guncangan kuat.
Namun, kara Adip lagi, hingga saat ini belum ada penelitian yang membuktikan kapan itu terjadi. ‘’Dan, kekuatan getaran gempa di Kalimantan Selatan masih tergolong skala kecil berkisar magnitudo dua koma hingga lima koma,’’ ujarnya.
Ia menilai saat ini masih tersimpan penumpukan energi kecil yang padat di Kalimantan Selatan yang diperkirakan akan menyebabkan gempa skala kecil di kemudian hari.
Secara garis besar, lanjut Adip, gempa di Pulau Kalimantan belum tergolong sangat membahayakan atau belum berdampak luar biasa, sehingga para ahli geologi belum tertarik melakukan penelitian mendalam terkait gempa yang terjadi.
“Belum ada penelitian yang membuktikan terkait kapan terjadi gempa di Kalimantan, sehingga kita tidak bisa membuat prediksi yang cukup akurat. Namun, kabar baiknya adalah kekuatan magnitudo gempa di Kalimantan tergolong skala kecil,” ujarnya.(*)