bakabar.com, BANJARMASIN – Nilai ekspor via pelabuhan di Kalsel per Agustus 2019 mencapai US$580,18 juta atau turun 6,85 persen dibanding Juli 2019 yang mencapai US$622,84 juta.
Nilai tersebut juga menunjukkan penurunan jika dibandingkan dengan Agustus 2018.
"Turun 21,71 persen jika dibandingkan dengan nilai ekspor Agustus 2018 yang mencapai US$741,02 juta," ujar kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kalsel, Diah Utami, Banjarbaru, Selasa (01/10) kemarin.
Soal ini, Pengamat Ekonomi Kalimantan Selatan, Ahmad Murjani menilai Harmonized System (HS) dua digit masih jadi komoditi ekspor andalan Kalsel. Yang tak lain adalah kelompok bahan mineral.
Fakta di lapangan membuktikan, kata dia, neraca perdagangan Kalsel mengalami surplus dibandingkan periode sebelumnya. Maka perlu untuk dipertahankan.
“Surplus dimaknai, ekonomi Kalsel membaik. Dalam artian nilai ekspor Kalsel lebih besar dibandingkan impor,” katanya.
Namun meminjam data BPS Kalsel, impor Kalsel malah mengalami penurunan.
“Tak lain disebabkan oleh rendahnya barang non-migas,” bebernya.
Sudah saatnya, sambung dia, pemerintah daerah menyusun program jangka panjang.
Pastinya harus direncanakan dan lebih tepat sasaran. Mengingat, Kalsel punya potensi besar untuk ekspor.
Namun, bagaimana meningkatkan volume ekspor tersebut?
Di sinilah dibutuhkan perencanaan yang tepat sasaran dan keberanian mengambil kebijakan.
Misalnya, dibutuhkan intensifikasi atau usaha meningkatkan hasil produksi dengan cara meningkatkan kemampuan atau memaksimalkan produktivitas faktor produksi yang telah ada.
“Misalnya membuat nilai menjadi berharga lebih tinggi dan besar,” jelasnya.
Seperti halnya, Crude Palm Oil (CPO). Tak hanya ekpor mentah. Namun juga bagaimana CPO bisa membuat nilai lebih bagi Kalsel.
“Produk inilah yang perlu didorong,” pungkasnya.
Adapun kelompok komoditas barang berdasarkan HS dua digit yang paling banyak diekspor adalah kelompok bahan bakar mineral (HS 27) sebesar US$483,32 juta.
Negara tujuan ekspor terbesar adalah Tiongkok dengan nilai US$222,12 juta.
Sementara itu, nilai impor Kalsel pada Agustus 2019 sebesar US$98,97 juta atau naik sebesar 2,51 persen dibanding impor Juli 2019 yang mencapai US$96,55 juta.
"Nilai impor kalsel 98,97 dolar, naik 2,51 persen dari Juli 2019 sebanyak 96,55 dolar tapi turun jika dibandingkan dengan 2018," ujarnya lagi.
Dibandingkan dengan nilai impor Agustus 2018, nilai itu turun sebesar 46,85 persen yang pada saat itu nilainya mencapai US$186,20 juta.
Komoditas barang berdasarkan HS 2 digit yang paling banyak diimpor adalah kelompok bahan bakar mineral (HS 27) sebesar US$61,25 juta
Negara asal impor dengan nilai terbesar adalah Singapura sebesar US$ 50,61 juta.
Adapun pangsa impor tertinggi masih dari Singapura diikuti Jepang, dan ketiga dari Malaysia.
Sehingga, neraca perdagangan ekspor impor Kalimantan Selatan pada Agustus 2019 surplus US481,21 juta.
Lebih kecil daripada neraca perdagangan ekspor impor Kalimantan Selatan bulan lalu yang surplus US$526,30 juta.
Baca Juga: Ekspor-Impor Kalsel 2019 Turun Dibanding 2018
Baca JugaEkspor Kalsel Per Juni 2019 Turun 11,17 Persen dan Impor Naik 23,55 Persen
Reporter: Muhammad Robby
Editor: Fariz Fadhillah