Tak Berkategori

Ekonom Singgung 2 Sektor Andalan Pertumbuhan Ekonomi Kalsel

apahabar.com, BANJARMASIN – Sektor pariwisata dan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) bisa menjadi andalan pertumbuhan…

Featured-Image
Sektor pariwisata dan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) bisa menjadi andalan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan tahun ini. Foto-Istimewa

bakabar.com, BANJARMASIN – Sektor pariwisata dan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) bisa menjadi andalan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan (Kalsel) tahun ini.

“Menghadapi tahun 2020, Pemerintah Provinsi Kalsel harus lebih memperhatikan dua hal tersebut,” ucap Ekonom Kalsel, Muhammad Zainul kepada bakabar.com, Senin (6/1).

Menurutnya, Kalsel sudah tak bisa lagi bergantung pada geliat emas hitam yang notabene sektor energi non-terbarukan.

Makanya, kata Zainul, Pemprov Kalsel mesti membenahi obyek wisata di Kalsel, sehingga jumlah wisatawan meningkat.

“Apalagi dengan beroperasinya Bandara Internasional Syamsudin Noor. Ini sangat menopang perkembangan sektor pariwisata,” tegasnya.

Jika sektor pariwisata terkelola dengan baik, sambung dia, maka secara otomatis akan menggerakan roda perekonomian lain.

“Terutama sektor perhotelan, rumah makan, dan UMKM untuk memperoleh cendera mata,” bebernya.

Menurutnya, UMKM harus terus diberdayakan agar mampu memberikan kontribusi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja di Kalsel.

“Dua sektor ini harus lebih diperbesar,” pungkasnya.

Terkait UMKM, sebelumnya, pelaku UMKM mengalami berbagai macam persoalan dalam hal permodalan dan pemasaran ke ritel modern di Kalsel.

“Semoga di tahun 2020 ini, pemerintah lebih fokus memperhatikan UMKM. Baik dari segi perbankan, pajak, dan lainnya,” ucap Wakil Ketua DPD Hipmikindo Kalsel, Wahidah kepada bakabar.com, Jumat (3/1) lalu.

Menurutnya, perlu adanya perlakuan khusus terhadap pelaku UMKM di Kalsel. Salah satunya dengan memberikan pinjaman yang lunak yakni maksimal Rp25 juta.

Kemudian, sambung dia, pemerintah harus mampu menekan suku bunga yang layak agar pelaku UMKM tak memiliki angunan.

“Mengingat suku bunga masih mencapai 6-7 persen,” ungkapnya.

Problematika lain yang dihadapi pelaku UMKM Kalsel, yakni terkait pemasaran di ritel modern.

Pelaku UMKM, tambah dia, harus memiliki modal berlapis apabila ingin memasuki ritel modern.

Mengingat, ritel modern yang bersangkutan seperti Trans Mart, Indomaret, dan Alfa Mart membayar hasil penjualan apabila seluruh produk itu sudah laku.

“Pada awalnya mereka (Pelaku UMKM, Red) senang menitip barang di ritel modern. Akan tetapi untuk pembayaran tak bisa hari ini, namun sampai dengan nota menumpuk,” tegasnya.

Sementara itu, tegas dia, pelaku UMKM memerlukan modal cepat untuk memproduksi kembali bahan dagangan.

“Lantaran tak dibayar kontan, maka UMKM meminjam uang kepada rentenir,” jelasnya.

Oleh sebab itu, harap dia, pemerintah harus memperhatikan lagi nasib pelaku UMKM di Kalsel.

Dengan cara menekan para pengusaha ritel modern agar membayar secara langsung hasil penjualan kepada UMKM.

“Jangan sampai tertumpuk nota tagihan, ini agar UMKM bisa merekrut tenaga kerja dan memperluas lagi jaringan usaha. Sehingga pelaku usaha bisa sejahtera,” pungkasnya.

Baca Juga:Banjir Berkelanjutan Berpotensi Hambat Perekonomian

Baca Juga:Catatan Ekonom: Lesunya Bisnis Emas Hitam hingga Kredit Macet Bank Kalsel

Reporter: Muhammad Robby
Editor: Fariz Fadhillah



Komentar
Banner
Banner