Kalsel

Dosen ULM Apresiasi Aksi Mahasiswa Tolak UU Omnibus Law Cipta Kerja

apahabar.com, BANJARMASIN – Dukungan terus mengalir atas aksi unjuk rasa mahasiswa terkait penolakan UU Omnibus Law…

Featured-Image
Dukungan terus mengalir atas aksi unjuk rasa mahasiswa terkait penolakan UU Omnibus Law Cipta Kerja. Foto-apahabar.com/Riyad Dafhi

bakabar.com, BANJARMASIN – Dukungan terus mengalir atas aksi unjuk rasa mahasiswa terkait penolakan UU Omnibus Law Cipta Kerja.

Unjuk rasa mahasiswa se-Kalimantan Selatan hari ini digelar di depan Kantor DPRD Kalsel, mendapat apresiasi dari dosen Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin.

“Kita patut apresiasi gerakan mahasiswa hari ini. Terutama di Kalsel cukup kondusif, meskipun sempat ada aksi dorong. Tetapi itu biasa saja, bagian dari dinamika,” ungkap Dosen Fakultas Hukum ULM Banjarmasin, Daddy Fahmanadie dihubungi bakabar.com, Kamis (8/10).

Sebagai pengamat hukum, dia pun sepakat UU Omnibus Law Cipta Kerja harus dikaji ulang. Turut turun langsung dalam aksi unjuk rasa, Daddy berharap usaha para mahasiswa agar didengar wakil rakyat dapat membuahkan hasil.

“Semoga saja suara mereka didengar oleh para eksekutif. UU ini sangat merugikan, harus dikaji siapa di balik kepentingan ini. Sejak awal proses pembentukan sampai disahkan tidak jelas uji publiknya, ini preseden buruk dalam implementasi perundang-undangan kita,” tegasnya

Di luar akademik, Daddy memberikan apresiasi tinggi atas perjuangan yang dilakukan mahasiswa pada hari ini. Isu nasional ini dinilainya wajar memicu amarah banyak pihak, termasuk mahasiswa.

“Sangat wajar mereka berontak. Sudah seharusnya Pemerintah Pusat memperhatikan serius persoalan ini,” ujar Daddy

Pujian atas aksi mahasiswa juga dilontarkan oleh Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) ULM, Fahriannor. Aksi hari ini mematahkan anggapan masyarakat bahwa mahasiswa tidak berkontribusi dalam permasalahan sosial.

“Mahasiswa punya kepedulian, gerakan moral dalam membela negara dan rakyat,” kata Fahriannor dihubungi terpisah

Selain itu, Fahriannoor juga mengapresiasi upaya persuasif yang dilakukan aparat keamanan di Banjarmasin dalam menyikapi aksi demonstrasi. Kejadian hari ini dinilainya mahasiswa sebagai cerminan suara rakyat.

“Aksi ini pengaruhnya cukup besar bagi pemerintah selaku penggagas Omnibus Law. Seharusnya didialogkan lebih panjang dengan rakyat, didasarkan banyak elemen terkait rancangan itu,” tutur mantan Ketua Prodi Ilmu Komunikasi FISIP ULM ini.

Fahriannoor menyayangkan, jika sebelumnya RUU Cipta Kerja tidak disosialisasikan dengan baik, sehingga memunculkan penolakan dari masyarakat.

Pertentangan yang muncul menimbulkan pertanyaan keberpihakan pemerintah. Apalagi pengesahannya terkesan mendesak dan tergesa-gesa.

“Di beberapa bagian banyak yang mengasumsikan undang-undang ini merugikan rakyat dan buruh sebagai simbol rakyat terkecil,” lanjutnya

Atas aksi hari ini, Fahriannoor menyebut, penghargaan bagi mahasiswa tidak dapat diukur dengan nilai perkuliahan.

“Saya selaku dosen selalu mengajarkan nilai kebenaran sekaligus kepedulian yang berbasis pada nurani. Terlalu kecil kalau saya menghargai mahasiswa didasarkan atas nilai kuliah saja dan dihubungkan dengan aksi,” imbuhnya.



Komentar
Banner
Banner