bakabar.com,TANJUNG – Festival Budaya Dayak Maanyan akan digelar warga Desa Warukin, Kecamatan Tanta, Kabupaten Tabalong pada 19-20 Februari mendatang.
Festival Festival Budaya Dayak Maanyan tersebut, selain untuk mendorong potensi desa sekaligus mengkampanyekan nilai-nilai budaya Dayak Maanyan.
“Hal tersebut menjadi pesan utama pada pelaksanaan Festival Budaya Dayak Maanyan yang rencananya digelar di Warukin pada 19-20 Februari,” kata Panitia pelaksana festival, Yefrianto, Rabu (26/1).
Yefrianto mengatakan, pada festival tersebut akan menampilkan ragam pagelaran budaya, kuliner, serta potensi ekonomis kreatifitas Desa Warukin.
“Jadi keterlibatan penuh generasi muda merupakan nilai lebih dari pelaksanaan kegiatan,” ucapnya.
Terkait persiapan, Yefrianto mengungkapkan, saat ini rapat simultan terus digelar demi mempersiapkan Festival Budaya Dayak Maanyan di Warukin.
“Kegiatan ini diharapkan bisa membangkitkan minat generasi muda terhadap budaya dengan muatan kearifan lokal, merupakan tujuan utama digelarnya festival ini,” terangnya.
Pada penyelenggaraan festival nanti, sambung Yefrianto, selain ekspose produk budaya Dayak Maanyan, juga diselipkan kegiatan dialog budaya, sebagai jembatan transfer pengetahuan mengenai ragam hal terkait Dayak Maanyan, seperti hukum adat, hingga kebiasaan masyarakat berbasis kearifan lokal, semisal tekhnik membuka ladang dengan cara dibakar.
“Pasalnya, pola semacam ini, banyak salah dipahami masyarakat luar, bahkan pemerintah. Bagi orang Dayak Maanyan, membakar lahan punya ketentuan sendiri, tenik pembakaran agar api tidak menjalar, bahkan ada aturan adat yang melingkupinya,” terangnya.
Dalam kegiatan yang didukung penuh PT Adaro Indonesia, melalui Community Relations Departement ini, Yefri mengungkap, panitia bakal menyiapkan galeri online sebagai wadah transaksi sebagai alternatif guna mendorong produk Warukin dikenal lebih luas.
Bagi tokoh masyarakat adat Dayak Maanyan di Warukin, Andreas Buje, antusiasme panitia yang sepenuhnya melibatkan generasi muda, merupakan kebanggaan.
“Masalahnya, kalau kami yang tua-tua ini sudah tidak ada, siapa yang mau meneruskan. Jangan sampai anak-anak kita nanti, menjauh dari akar budayanya,” pungkas Andreas.