Hot Borneo

Disaput Angin, Patung Pahlawan Nasional Tjilik Riwut di Katingan Kalteng Roboh

apahabar.com, KASONGAN – Patung Tjilik Riwut yang terletak di tengah bundaran perkantoran Bupati Katingan, Kalimantan Tengah,…

Featured-Image
Disaput angin kencang, patung Tjilik Riwut tengah bundaran perkantoran Bupati Katingan patah di bagian lutut. Foto: Kalteng Pos

bakabar.com, KASONGAN – Patung Tjilik Riwut yang terletak di tengah bundaran perkantoran Bupati Katingan, Kalimantan Tengah, roboh diduga akibat angin kencang, Sabtu (18/6).

Patung pahlawan nasional tersebut terlihat patah di bagian kedua lutut. Ketika kaki masih tertanam di pondasi, bagian badan jatuh ke sekitar bundaran.

“Penyebabnya diduga akibat angin kencang yang terjadi dini hari,” papar Sekretaris Daerah Katingan, Pransang, seperti dikutip Antara.

Kejadian tersebut sempat viral di media sosial. Banyak warga Katingan yang berharap agar patung dibangun kembali dengan pondasi lebih kokoh dan kuat.

Selain tiupan angin, penyebab lain adalah konstruksi kerangka besi di dalam patung tokoh kebanggaan masyarakat Kalteng itu keropos akibat termakan usia.

“Patung tersebut dibangun sejak 2008 dan artinya sudah cukup lama berdiri. Diperkirakan kerangka besi di dalam patung sudah keropos dimakan usia,” papar Pransang.

“Kejadian itu murni akibat dimakan usia, bukan sengaja dirusak oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab,” tegasnya.

Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Katingan diklaim sudah langsung melakukan pengecekan teknis.

“Dinas PUPR masih mengkaji soal rencana pembangunan patung itu kembali. Sementara sesuai instruksi Bupati, kondisi patung itu jangan dibiarkan berlama-lama,” tegas Pransang.

Tjilik Riwut yang menjadi Gubernur Kalteng periode 30 Juni 1958 hingga Februari 1967 itu, dinobatkan sebagai pahlawan nasional berdasarkan SK Presiden No108/TK/Tahun 1998 tertanggal 6 November 1998.

Pria yang juga berpangkat Marsekal Pertama TNI ini termasuk sosok di balik kembalinya Kalimantan ke pangkuan Republik Indonesia.

Sebagai seorang putra Dayak, Tjilik wewakili 185.000 rakyat yang terdiri dari 142 suku, 145 kepala kampung, 12 kepala adat, 3 panglima, 10 patih, dan 2 tumenggung dari pedalaman Kalimantan.

Tjilik mewakili sumpah setia mereka kepada pemerintah RI secara adat di hadapan Presiden Soekarno di Gedung Agung Yogyakarta, 17 Desember 1946.

Selain berkecimpung di bidang militer dan pemerintahan, Tjilik mengasah keterampilan menulis semasa dia bergabung dengan Sanusi Pane di Harian Pembangunan.

Tjilik Riwut telah menulis sejumlah buku mengenai Kalimantan, seperti Makanan Dayak (1948), Sejarah Kalimantan (1952), Maneser Panatau Tatu Hiang (1965) dan Kalimantan Membangun (1979).



Komentar
Banner
Banner