Difabel Kota Magelang Dijari Membatik

Komunitas penyandang disabilitas di Magelang dituntun punya kreativitas. Mereka diajari membatik.

Featured-Image
Wulan, penyandang tuna daksa yang mengikuti pelatihan membatik. Foto: Apahabar.com/Arimbihp

Apahabar.com, MAGELANG - Komunitas penyandang disabilitas di Magelang dituntun punya kreativitas. Mereka diajari membatik.

Kepala Dinas Tenaga Kerja Magelang, Wawan Setiadi menyebut, membatik itu aktivitas yang fleksibel. Memungkinkan dilakukan penyandang disabilitas.

"Fleksibel dan bisa mengasah ketelatenan," katanya saat ditemui bakabar.com di Galeri Batik Nanom, Selasa (13/6) sore.

Kata Wawan, pelatihan membatik ini berkelanjutan. Digelar 32 hari berturut-turut. "Kecuali hari libur. Lokasinya sama yakni di Batik Nanom," imbuhnya.

Baca Juga: Mensos Risma Puji Sentra Terpadu Penanganan Disabilitas di Solo

Selama pelatihan, para peserta didampingi langsung oleh pemilik Batik Nanom, Agus Nur Asikin. Juga dua volunteer dari Komunitas Difabel Magelang, Elly dan Priyo.

"Seperti sekolah, mereka belajar membatik mulai pukul 08.00 sampai 13.00 WIB. Tetapi terkadang ada yang sampai pukul 15.00 WIB. Karena terlalu asyik menggambar di sini," ucapnya.

Sementara itu, Agus menuturkan, dirinya merasa senang. Ia juga bangga sekaligus terharu bisa menjadi salah satu instruktur para difabel itu.

Baca Juga: Menyusuri Kehidupan Seniman Penyandang Disabilitas Edo Makarim dalam Pameran Lukis 'Tapak Katresnan'

"Awalnya sempat sedikit kaget dan ragu-ragu, tetapi saya optimis, bisa melatih mereka hingga menjadi terampil dan memiliki penghasilan sendiri," katanya.

Seniman yang sudah lebih dari 25 tahun menggeluti dunia batik itu mengatakan, melatih teman-teman difabel juga menjadi tantangan tersendiri baginya.

"Mereka punya keistimewaan yang menarik. Ada yang punya ciri dari polanya, warnanya, ataupun coraknya," tutur Agus.

Contohnya saja Wulan. Kata Agus tuna daksa yang satu ini selalu ingin menciptakan motif sendiri.

Baca Juga: Menembus Batas! 5 Tokoh Penyandang Disabilitas yang Menginspirasi Dunia

"Dia punya ide dan kreasi sendiri. Jadi akan marah atau menangis ketika diarahkan, Wulan termasuk penyandang difabel, tetapi tidak sejak lahir. Tuna daksa akibat kecelakaan," ungkapnya.

Menurut Agus, Wulan menjadi salah satu pembatik andalannya. Karena bisa menciptakan motif abstrak.

"Bahkan sekarang motif yang ia ciptakan menjadi andalan di sini. Cirinya memadukan warna, kotak dan tulisan yang terlintas ketika membatik," ceritanya.

Pada kesempatan yang sama, difabel lain, Dika mengaku senang. Ia bisa belajar membatik di sana.

Baca Juga: Sepatu Sutra Pasuruan Buatan Kaum Disabilitas Tampil di G20

"Saya tidak menyangka masih diberi kesempatan untuk berkarya. Bahkan hasilnya bisa dijual," ungkap pria asal Magelang Utara itu.

Sebagai penyandang tuna rungu, Dika merasa lebih berarti mengikuti pelatihan ini.

"Tadinya sering berkecil hati. Adanya pelatihan ini menyadarkan saya, bahwa semua manusia istimewa dan bermanfaat," ujarnya.

Biar tahu saja. Hasil karya dari teman-teman difabel di Magelang kini dijual di Batik Nanom. Semuanya bisa dibeli masyarakat umum. Harganya bervariasi. Paling murah Rp500 ribu.

Editor


Komentar
Banner
Banner