bakabar.com, JAKARTA – Digadang bakal melenggang ke Senayan setelah memakai merk ‘Partainya Jokowi’, ternyata perolehan suara Pileg 2024 Partai Solidaritas Indonesia (PSI) diprediksi tidak mencapai ambang batas parlemen alias parliamentary treshold 4 persen.
Setidaknya itu terlihat dari hasil hitung cepat (quick count) sejumlah lembaga survei yang mencatat perolehan suara pileg partai yang dipimpin putra bungsu Presiden Jokowi, Kaesang Pangarep, itu hanya di kisaran dua koma. Apa yang salah? Padahal, setelah dipimpin Kaesang, PSI melakukan promosi yang ‘jor-joran’ di televisi, berbagai platform media sosial, dan baliho yang subur merebak di berbagai daerah.
Peneliti senior LSI Denny JA, Adjie Alfaraby, menyebut, perolehan suara PSI di Pemilu kali ini sebenarnya meningkat dibandingkan Pemilu 2019. Dari hitung cepat LSI Denny JA, PSI mendapat kenaikan suara 1,89 persen. Alfaraby menilai, kenaikan itu berasal dari kuatnya pengaruh Jokowi, yang selama ini diasosiasikan dekat dengan PSI.
"Harus jujur kita katakan, ini sumbangan karena pengaruh Pak Jokowi. Branding mereka bahwa PSI adalah partai Jokowi memang mampu mengangkat suara mereka. Karena kalau kita lihat komposisi caleg mereka, sebenarnya tidak berbeda jauh dari 2019. Kenaikan suara PSI memang ditopang pengaruh atau image mereka melekatkan dengan Jokowi," kata Adjie dalam konferensi pers yang disiarkan secara daring di YouTube LSI Denny JA, Kamis (15/2/2024).
Meski mengalami tren kenaikan, PSI terancam kembali gagal masuk ke Senayan. Adjie mengatakan ada dua faktor yang menyebabkan PSI masih belum mampu menyentuh angka parliamentary treshold 4 persen. Faktor pertama, kata Adjie, telatnya Kaesang Pangarep bergabung sebagai ketua umum PSI.
"Pertama, terlambat. Kaesang masuk kurang lebih empat bulan menjelang pemilu legislatif sehingga tidak optimal menarik asosiasi itu secara lebih kuat bahwa PSI adalah partainya Pak Jokowi," ujarnya, yang dikutip dari detikcom.
Selain itu, sambung Adjie, para pemilih juga telah terpecah dalam memberikan suara di pemilihan presiden. LSI Denny JA menilai suara pendukung Jokowi telah tersebar kepada partai-partai pengusung capres dan cawapres yang dianggap mendapatkan dukungan Jokowi.
"Bagi pendukung Jokowi, minimal mereka memilih capres yang didukung Pak Jokowi. Namun, untuk partai, mereka terbelah ke partai-partai koalisi yang sejak awal dari sisi image dan sosialisasi mereka sudah tersosialisasi sejak awal," katanya.
Faktor kedua yang mempengaruhi PSI masih gagal menyentuh suara 4 persen, menurut dia, berkaitan dengan kelemahan dalam memunculkan sosok calon legislatif mumpuni di sejumlah dapil. Kurangnya ketersediaan caleg berkualitas itu membuat suara PSI tidak mampu bersaing dengan partai lain yang memiliki dua hingga tiga caleg kuat di tiap dapil.
"PSI sendiri perangkat strukturnya tidak sekuat partai-partai lain. Kalau partai yang lolos PT (parliamentary threshold) misalnya PAN, Demokrat, PKS, mereka bukan hanya mengandalkan image partai, namun juga mengandalkan kekuatan caleg-caleg mereka di tiap dapil. Kelemahan PSI tidak punya caleg-caleg yang bagus yang kuat yang kompetitif di setiap dapil sehingga bisa bertarung dengan caleg-caleg dari partai lain," tutur Adjie.
Namun demikian, anggota Dewan Pembina PSI Ratu Isyana Bagoes Oka tetap optimistis partainya bisa menembus ambang batas parlemen dan meraih kursi DPR.
"Data quick count baru masuk sekitar 30-40 persen. PSI sementara berada di kisaran 3-4 persen, dengan margin of errors sekitar 1-2 persen. Insya Allah bila data sudah final, PSI akan melewati parliamentary treshold 4 persen," kata Isyana dalam keterangan tertulis, Rabu.
Dalam kesempatan itu, Isyana juga berpesan kepada seluruh kader dan caleg PSI untuk terus mengawal suara rakyat yang dititipkan kepada PSI. "Selain mengawal suara nasional, DPP PSI juga menginstruksikan agar mengawal suara yang akan menjadi kursi di DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota. Jangan lengah, kawal suara rakyat," ujarnya.
Adapun hasil quick count LSI Denny JA, dengan data masuk mencapai 99,60 oersen di 2.000 TPS dengan margin of error +-1 persen, mencatat ada 10 partai yang belum menyentuh ambang batas parlemen. Yaitu, Partai Buruh, Partai Gelora, PKN, Partai Hanura, Partai Garuda, PBB, PSI, Perindo, PPP, dan Partai Ummat.
1. PKB: 10,56%
2. Partai Gerindra: 13,43%
3. PDIP: 16,82%
4. Partai Golkar: 14,93%
5. Partai NasDem: 9,45%
6. Partai Buruh: 0,83%
7. Partai Gelora: 1,256%
8. PKS: 8,36%
9. PKN: 0,46%
10. Partai Hanura: 0,96%
11. Partai Garuda: 0,50%
12. PAN: 6,59%
13. PBB: 0,47%
14. Partai Demokrat: 6,98%
15. PSI: 2,71%
16. Perindo: 1,38%
17. PPP: 3,88%
24. Partai Ummat: 0,45%