Kalsel

Detik-Detik Berpulangnya Ibunda Wali Kota Banjarbaru, Senyum Khas Terakhir Meski Terpapar Covid-19

apahabar.com, BANJARBARU – Sebelum terpapar Covid-19 dan akhirnya berpulang di usia 67 tahun, Hayatun Fardah sempat…

Featured-Image
Foto keluarga Rudy Ariffin. Foto: Istimewa

bakabar.com, BANJARBARU – Sebelum terpapar Covid-19 dan akhirnya berpulang di usia 67 tahun, Hayatun Fardah sempat olahraga bersama suaminya Rudy Ariffin.

Ibunda Wali Kota Banjarbaru, M Aditya Mufti Ariffin itu berpulang saat dalam perawatan di RSUD Ulin Banjarmasin, Rabu (26/5/2021) pukul 15.09 Wita.

Berawal dari pada Selasa (18/5) lalu, Hayatun menyampaikan agak demam, dan meminta agar dilakukan tes swab.

Kemudian, Jumat (21/5) hasil tes swab keluar dan dinyatakan terkonfirmasi positif Covid 19.

Kondisi saat itu, menurut keterangan keluarga, tidak ada gejala berat, dan Hayatun masih bisa beraktivitas seperti biasa, sehingga diizinkan tim dokter untuk isolasi mandiri di rumah.

Lalu, Senin (24/5) siang, Hayatun mengatakan agak sesak napas, dan meminta diberi bantuan tabung oksigen. Namun secara umum, kondisi kesehatannya masih tetap stabil. Sehingga tetap diizinkan istirahat di rumah.

Sehari setelahnya, pada Selasa (25/5) sekitar pukul 07.00 Wita, saat putranya Wali Kota Banjarbaru, Aditya, ingin berpamitan menjalankan tugas ke Surabaya. Ia mengetuk pintu kamar sang ibu.

Namun tidak ada respon, karenanya Aditya membuka pintu kamar dari luar dan didapati, ibunya dalam kondisi tidak sadar dengan saturasi oksigen di bawah 50 persen.

Sontak, jadwal ke Surabaya Aditya batalkan dan langsung membawa sang ibu ke RSD Idaman Banjarbaru.

Setelah diberikan pertolongan pertama, ibunya terbangun dan sadar. Ketika sadar, Hayatun bertanya, dirinya di mana?

“Pian (kamu) di rumah sakit,” ujar Aditya menjawab pertanyaan ibunya. Lalu bertanya lagi, “Kenapa di rumah sakit? Tadi rasanya habis sembahyang Subuh, Aku berabah-rabah dan taguring (rebahan dan tertidur),” ucap ibunya.

Setelah dijelaskan bahwa sang ibu sempat tak sadar dan sebagainya, baru kemudian Hayatun memahami.

Pada hari itu pula, untuk mendapatkan perawatan yang lebih intensif, Hayatun dibawa ke RSUD Ulin Banjarmasin.

Kondisi kesehatannya di RSUD Ulin Banjarmasin naik turun. Dengan bantuan terapi oksigen HFNC dan NRM, saturasi oksigen bisa naik sampai ke 80-90 persen, namun sesekali turun langsung ke 50-60 persen.

Pada Rabu (26/5), atau hari kedua dirawat di RSUD Ulin Banjarmasin, kondisi Hayatun juga naik turun. Namun pada hari kedua ini, ia tampak lebih segar.

“Pagi hari, sempat mengirim pesan WA kepada staf pribadi beliau, minta dibawakan baju daster yang bagus, gamis, speaker mengaji, juga buku amaliah yang biasa beliau baca. Buku amaliah yang kuning,” ujar perwakilan keluarga besar Rudy Ariffin, Khairil Anwar kepada bakabar.com Kamis (27/5).

Pada hari kedua ini, katanya Hayatun sempat berkomunikasi lancar dengan seluruh anak dan menantu.

Termasuk putra bungsu beliau yang bertugas sebagai TNI AD di luar daerah, yang mengingat kondisi kesehatan ibunya naik turun, ia memutuskan untuk datang ke Banjarmasin. Hingga semua kumpul dan berjumpa langsung.

“Beliau sempat pula minta belikan jus lewat putri tertua beliau, dan sudah dibelikan serta dikonsumsi oleh beliau,” jelas Khairil.

Dengan kondisi kesehatan yang cukup bagus. Sekitar pukul 13.00 Wita atau selepas salat Zuhur, seluruh anggota keluarga kemudian berpamitan untuk istirahat, dan Hayatun melambaikan tangan diiringi senyum khasnya.

Namun pada sekitar pukul 14.50 Wita, dikabarkan tim Dokter, kondisi kesehatan Hayatun kembali turun.

“Dokter menutuskan untuk memberi obat suntik melalui infus untuk membantu menaikkan saturasi oksigen. Dan Pak Aditya yang sejak hari pertama memilih menginap di salah satu hotel dekat rumah sakit, bergegas menemui beliau,” ceritanya.

Disaksikan langsung oleh Aditya, Ibundanya Hayatun Fardah binti Ahmad Fadillah mengembuskan napas terakhir sekitar pukul 15.09 Wita.

“Beliau berpulang seperti orang tertidur. Memejamkan mata, lalu seketika berpulang,” kenang Aditya.

“Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un,” ucapnya.

Seluruh keluarga selanjutnya berkumpul di RSUD Ulin Banjarmasin. Termasuk suaminya, Rudy Ariffin menyaksikan senyum serta wajah putih dan bersih Hayatun sebelum dikafani.

Pemulasaran sepenuhnya dilaksanakan di RSUD Ulin Banjarmasin. Sekitar pukul 17.00 Wita, Almarhumah disalatkan di RSUD Ulin Banjarmasin dengan diimami oleh H Ibnu Sina. Selanjutnya, langsung menuju pemakaman.

Pemakaman ibu Wali Kota Banjarbaru itu dilaksanakan di Taman Makam Bahagia, Landasan Ulin, Banjarbaru bersamaan dengan kumandang adzan Magrib dan juga ertepatan dengan gerhana bulan total, atau super blood moon.

Tampak, awan mendung dan pelangi di langit sebelah kanan menemani sepanjang perjalanan. Beberapa wilayah bahkan diguyur hujan saat itu.

Tiba di pemakaman sekitar pukul 18.00 Wita. Sahabat, kerabat, dan orang-orang terdekat sudah menanti.
Almarhumah kemudian disalatkan sekali lagi. Dipimpin oleh Sekretaris Daerah Kota Banjarbaru, Habib Said Abdullah al-Kaff.

Mengingat riwayat sakitnya, pemakaman dilaksanakan dengan protokol kesehatan. Diazankan, kemudian dibacakan talqin sebanyak tiga kali, ditutup tahlil dan doa.

“InsyaaAllah, Ibu berpulang dalam keadaan husnul khatimah, syahid karena wabah,” ucap Aditya dengan menahan kesedihan mendalam.

Diingatnya, sebelum berpulang sang ibu sakit dan berpulang, ibunya sempat berkomunikasi langsung dengan seluruh anak dan memantu pun dengan suaminya Rudy Ariffin.

“Saat lebaran, ibu mencium tangan bapak, kami bermaaf-maafan,” ingatnya.

Aditya menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada seluruh pihak. Atas perhatian, atas ucapan bela sungkawa, atas segala bantuan, dan atas doa yang dipanjatkan untuk almarhumah dan keluarga.

Kemudian, mewakili keluarga juga menyampaikan permohonan maaf dan ampun, andai selama perjalanan karir, selama bergaul dan bersilaturahmi, almarhumah Hayatun Fardah melakukan kesalahan dan kekhilafan, ataupun ada hal-hal yang kurang berkenan.

Dan terakhir, terkait apabila ada urusan utang piutang, atau persoalan apapun yang belum terselesaikan dengan almarhumah, agar kiranya bisa dikomunikasikan dengan segera kepada pihak keluarga.

“Mohon doa untuk almarhummah. Sekali lagi terima kasih atas segalanya, dan mohon maaf dan ampun pula atas segalanya,” tutupnya.

Komentar
Banner
Banner