Kalsel

Demi Pesta Demokrasi, Nenek dan Cucu di HST Rela Tempuh Medan Berbahaya di Pegunungan Meratus

apahabar.com, BARABAI – Pesta demokrasi sudah di depan mata. Masyarakat di kawasan perdesaan hingga perkotaan sudah…

Featured-Image
Muhin , porter logistik pokok Pilkada serentak 2020 menerobos aliran sungai Meratus dengan membawa kotak suara, Minggu (6/12)./Foto-apahabar.com/Lazuardi

bakabar.com, BARABAI Pesta demokrasi sudah di depan mata. Masyarakat di kawasan perdesaan hingga perkotaan sudah siap menyambut dan menyukseskannya.

Riuh pesta demokrasi juga terdengar di kawasan pedalaman Kabupaten Hulu Sungai Tengah, tepatnya di Kecamatan Batang Alai Timur (BAT) yang secara geografis terletak di kaki Pegunungan Meratus.

Sejak Minggu (6/12) kemarin, logistik pokok Pilkada mulai disalurkan ke kawasan itu. Ada 3 TPS yang menjadi sasaran: satu TPS di Desa Juhu dan dua TPS di Desa Aing Bantai.

Dibandingkan 9 desa lainnya di BAT, jarak tempuh dua desa itu dari wilayah perkotaan memakan waktu dua hari. Medan jalan yang sulit menjadi penyebabnya.

Untuk menuju ke sana, warga harus melewati berbagai rintangan yang berat; hutan lebat, akar-akar besar, kawasan perbukitan yang terjal, dan sungai yang penuh bebatuan.

Demi memastikan distribusi logistik benar-benar sampai ke tiga titik itu, KPU HST melibatkan warga setempat dalam proses pendistribusian.

“Mereka berpengalaman dan lebih paham kondisi jalan di Meratus. Dengan ada orang setempat ini, mudah-mudahan waktu lebih efisien dan tepat sasaran, H-1 harus sudah di tempat,” kata Ketua KPU HST, Johransyah, belum lama tadi.

Untuk menjamin keamanan masyarakat, TNI dan Polri juga ikut dilibatkan dalam pengawalan. Jumlahnya ada 12 aparat. Itu belum termasuk dari anggota KPU dan Bawaslu.

Untuk ke Dusun Mangga Jaya, sub Desa Aing Bantai, tiga orang dilibatkan untuk pendistribusian kotak suara, bilik suara dan surat suara maupun formulir-formulir hingga kelengkapan protokol kesehatan Pilkada 2020.

“Kami (KPU) dalam rangka mengakomodir hak konstitusi masyarakat, sehingga walaupun sedikit, tetap kita laksanakan sesuai regulasi,” terang Johransyah.

Muhin (45), dan cucunya, Rendy yang masih duduk di bangku SMA rela membawa logistik Pilkada itu meski belum mengetahui berapa bayaran yang akan mereka terima.

Masing-masing dari mereka membawa 1 kotak suara dan bilik suara hingga sampai ke tujuan. Karena kotak suara yang sudah dirakit hanya dilapisi plastik, risikonya sangat besar. Kotak suara rawan rusak.

Di lokasi, per TPS disediakan 2 kotak suara. 1 kotak untuk Pilgub Kalsel dan 1 untuk Pilbup HST. Selain itu per TPS juga disediakan 1 bilik suara portable dari kardus yang kedap air.

Namun, meski harus melewati jalur berbahaya, keduanya nampak tetap bersemangat mengantar logistik Pilkada.

“Sudah terbiasa. Sudah ada petanya (terekam jelas seluk beluk jalan yang dituju-red),” kata nenek 12 cucu ini saat ditemui apahahabar.com di sela-sela mengepak logistik Pilkada di Desa Hinas Kiri BAT, Minggu (6/12).

Muhin memang dikenal sebagai porter di daerahnya. Mulai dari mengangkut solar, bahan pokok baik sandang maupun pangan.

Meski belum mengetahui berapa bayaran yang akan ia terima, toh ia tetap rela melakukan pekerjaan itu. Jika berkaca pada Pileg dan Pilpres 2019 lalu, Muhin hanya dibayar Rp 600 ribu per-angkut.

“Belum tahu kali ini dibayar berapa. Kami membantu. Besarannya tak masalah yang penting cukup ongkos jajan pulang pergi,” ucap Muhin.

Sementara sang cucu, Rendy, mengutarakan alasan yang terkesan sedikit terpaksa. Ia mau mengantar logistik karena harus harus membantu neneknya. Alasan lainnya, karena tidak ada warga lain yang bersedia melakukan pekerjaan itu.

“Jadi saya mau membantu,” kata Rendy.

Rendy merupakan pengantar logistik dengan tujuan terjauh, yakni di Dusun Mangga Jaya. Kampung ini berbatasan dengan Kabupaten Kotabaru.

Dia kemudian dipercaya untuk mengantar kotak sampai ke tujuan.

“Kalau orang biasa bisa sampai dua hari. Kita bisa sampai sehari saja. Jalannya rusak, banyak pohon tumbang dan juga melewati sungai-sungai,” tutup Rendy.

Meminjam catatan PPK di BAT, ada 241 pemilih tetap pada dua desa itu. Di TPS Juhu ada 42 pemilih. Sementara 2 TPS yang ada di Aing Bantai berjumlah 199 DPT.

Untuk TPS 1 di Aing Bantai berjumlah 72 pemilih dan sub Aing Bantai atau pada TPS 2, yakni di Mangga Jaya sebanyak 127 pemilih.

Di Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) sendiri ada 184.855 warga yang akan ikut berpartisipasi dan menggunakan hak pilihnya dalam Pilkada.

Bupati HST, HA Chairansyah berharap ada perhatian khusus untuk daerah-daerah terjauh seperti 3 desa tadi, terlebih untuk pendistribusian logistik Pilkada.

Dia juga berharap KPU HST bisa mengevaluasi pelaksanaan Pilkada serentak di tahun ini. Apalagi untuk daerah terluar seperti di BAT.

Mengingat waktu tempuh dan peserta pemilih yang hanya berjumlah ratusan orang, bahkan salah satu TPS ada yang berjumlah 42 orang. Bupati menilai seharusnya ada perubahan mekanisme pemilihan.

Apalagi pemilihan ini sudah dilaksanakan dari tahun-tahun sebelumnya.

“Ini perlu dipikirkan bersama, harus ada perlakuan dan perhatian khsusus daerah seperti itu,” kata bupati.

Selain faktor waktu dan medan tempuh, anggaran untuk penyaluran logistik di daerah terluar itu juga menyedot banyak anggaran. Selain itu pendistribusian tersebut cukup rawan.

“Ini yang harus kita pikirkan bersama. Bagaimana pelaksanaan ke depannya agar lebih fleksibel. Baik itu Pemilu legislatif, presiden maupun kepala daerah ke depannya,” tutup bupati.

Komentar
Banner
Banner