bakabar.com, MARABAHAN – Belajar bisa dari berbagai sumber. Demikian pula guru Pondok Pesantren Intan Ilmu, ketika mengawali pembuatan ratusan face shield yang melengkapi Alat Pelindung Diri (APD) petugas medis.
Kebutuhan APD semakin meningkat, terutama untuk petugas medis yang menangani ODP, PDP, hingga positif Covid-19. Ironisnya kebutuhan belum sebanding dengan stok.
Situasi itulah yang menggerakkan guru-guru Ponpes Intan Ilmu. Tatkala semua santri dipulangkan seiring anjuran belajar dari rumah, mereka membikin kesibukan yang jauh berbeda dari keseharian.
Berbekal video dari YouTube, mereka memberanikan diri membuat face shield yang digunakan petugas medis untuk menghindari wajah dari droplet.
“Melihat fakta kekurangan APD tenaga medis, kami berinisiatif membuat dan menyumbangkan face shield. Kebetulan anak saya yang menjadi petugas medis di Tapin, juga mengeluhkan hal serupa,” papar Ketua Yayasan Intan Ilmu, Muchlis Ridha, Selasa (14/4).
275 face shield hasil karya guru-guru Ponpes Intan Ilmu tersebut, sudah disumbangkan kepada Pemkab Batola.
Tidak cuma Batola, 100 face shield lain disumbangkan ke RSUD Sultan Suriansyah Banjarmasin 100. RSUD Hasan Basry Kandangan, juga dibantu sebanyak 50 face shield.
“Hanya itu yang dapat kami lakukan untuk membantu petugas medis di garis depan pencegahan dan penanggulangan corona,” beber Muchlis.
Selain dibuat sendiri, semua bahan dibeli atas swadaya sekolah yang berlokasi di Jalan Gubernur Syarkawi Desa Lokrawa Kecamatan Mandastana ini.
Adapun bahan yang digunakan berupa plastik mika setebal sekitar 0,3 milimeter, busa, dan karet boxer sepanjang sekira 30 sentimeter.
Lalu lembaran plastik mika dipotong berbentuk persegi panjang, sampai bisa menutup bagian wajah.
Kemudian karet distaples ke plastik mika sebagai pengikat face shield di kepala. Sedangkan busa dipasang di bagian atas agar mika tak menempel langsung di dahi.
“Sekitar 10 guru yang membuat face shiled. Kebetulan mereka libur dan ingin partisipasi dalam pencegahan penyebaran Covid-19,” tandas Muchlis.
Reporter: Bastian AlkafEditor: Muhammad Bulkini