bakabar.com, BANJARBARU – Memasuki puncak musim penghujan, potensi bencana alam rawan terjadi di Kalimantan Selatan. Mulai dari banjir hingga angin puting beliung.
Prakirawan Iklim dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Banjarbaru, Khairullah, menerangkan angin puting beliung rawan terjadi pada lahan terbuka.
“Patut diwaspadai pada lahan-lahan terbuka yang minim pepohonan. Karena akan lebih mudah terjadi timbulnya angin kencang,” kata dia.
Selain mencegah banjir, pepohonan mampu menahan angin kencang yang terjadi saat hujan tiba. Terlebih, BMKG memprediksi puncak musim hujan ini akan terjadi sejak Desember hingga Januari 2021 mendatang.
“Karena pohon mempunyai kemampuan menahan, jadi angin susah terbentuk pada daerah yang memiliki banyak pepohonan,” ujarnya.
Secara umum, angin puting beliung kerap muncul disertai hujan deras. Pada durasi tertentu, puting beliung dapat merusak gedung atau pemukiman masyarakat.
“Tetapi ada tanda-tanda yang bisa kita kenali, untuk mewaspadai datangnya angin puting beliung,” imbuhnya.
Tanda-tanda yang dimaksud antara lain perubahan suhu pada malam hingga pagi hari. Sebelum terjadinya puting beliung, udara akan terasa panas dan gerah.
“Perlu waspada dan antisipasi, jika merasakan perubahan udara secara mendadak. Seperti panas dan terik saat pagi hari,” katanya.
Tanda lainnya adalah terlihatnya awan Cumulus sekitar pukul 10.00 pagi. Jenis awan ini dapat dikenali dari bentuknya yang berlapis, awan putih yang memiliki batas tepi berwarna keabuan.
Selanjutnya, terjadi perubahan warna menjadi abu-abu atau hitam, dikenal dengan sebutan Cumulonimbus (CB)
Tanda paling mudah untuk dikenali ketika angin mulai bertiup dengan kencang dan embusannya membuat pepohonan bergoyang cepat. Disertai, indikasi potensi hujan yang turus deras secara tiba-tiba.