bakabar.com, JAKARTA – Organisasi masyarakat sipil yang tergabung dalam forum Civil-20 atau C20 working group mengungkapkan indeks keseteraan vaksin global masih tergolong rendah. C20 merupakan salah satu kelompok diskusi dalam forum besar G20.
Koordinator Kelompok Kerja Akses Vaksin dan Keadilan Global C20, Agung Prakoso mengungkapkan organisasi masyarakat sipil tengah mendorong negara-negara G20 dapat segera mungkin memberikan komitmen nyata dalam mewujudkan kesetaraan vaksin global.
“G20 harus meningkatkan komitmen mereka untuk kesetaraan vaksin terutama pada KTT G20 mendatang,” katanya seperti dilansir Antara, Senin (14/11).
Baca Juga: KTT G20: Pandemic Fund Capai Rp 21,7 Triliun
Hingga kini berdasarkan jumlah keseluruhan populasi global, sebanyak 68,2 persen masih menerima satu dosis vaksin Covid-19. Sedangkan 23,6 persen sisanya dari masyarakat negara-negara miskin yang baru menerima satu dosis vaksin.
Data tersebut diperkuat dengan lembaga bantuan dan pengembangan Christian Aid yang mengungkapkan indeks komitmen negara G20 untuk kesetaraan vaksin di bawah angka satu, terlebih untuk negara-negara maju G20.
Skor Tertinggi dan Terendah Kesetaraan Vaksin
Skor tertinggi pada awal tahun diraih oleh Afrika Selatan dengan skor 0,7, lalu Indonesia dengan skor 0,6, Meksiko dengan skor 0,55, dan Argentina dengan skor 0,5. Keempat negara itu merupakan negara berkembang.
Sementara skor terendah diraih oleh Korea Selatan, Australia, Inggris, dan Prancis yang hanya meraih skor di bawah 0,4.
Perubahan posisi terjadi pada Oktober 2022, Afrika Selatan dan Indonesia menempati posisi pertama dan kedua sebagai negara dengan komitmen kesetaraan vaksin yang disusul Arab Saudi dan Jerman.
Baca Juga: Jadi Presidensi G20, Indonesia Hasilkan Kerja Sama Konkret Bernilai Miliaran Dolar
Kepala Kebijakan Christian Aid Oliver Pearce mengatakan tidak ada peningkatan skor dari masing-masing negara maju dengan posisi terakhir masih ditempati oleh Inggris dan Korea Selatan serta India.
Indeks itu didasarkan pada komitmen tiga pilar, yakni pendanaan untuk ACT-Accelerator, pengadaan nasional dan pemanfaatan stok lebih, serta kebijakan atas C-TAP, dukungan TRIPS Waiver, dan ekspor.
Sejauh ini, Afrika Selatan menjadi negara dengan indeks paling tinggi karena komitmennya yang kuat untuk mendesak proposal TRIPS Waiver yang akan mendorong hilangnya hambatan kekayaan intelektual, seperti paten, hak cipta, dan rahasia dagang atas produk Covid-19.
“Kebijakan menjadi faktor penentu kebijakan paling penting di dalam indeks itu, lantaran menempati setengah dari indeks,” pungkasnya.