Hot Borneo

Bupati Tanbu Cup 2022: dari Ajang Hiburan Rakyat sampai Arena Baku Hantam

apahabar.com, BANJARMASIN – Ribut-ribut di sepakbola Indonesia sudah menjadi hal yang lumrah. Tak hanya di lapangan…

Featured-Image
Salah satu momen kericuhan saat Bupati Tanbu Cup 2022 sedang berlangsung. Foto-Puja Mandela

bakabar.com, BANJARMASIN – Ribut-ribut di sepakbola Indonesia sudah menjadi hal yang lumrah. Tak hanya di lapangan hijau, keributan juga sering kali terjadi di level elite.

Baru-baru ini, keributan demi keributan mewarnai kompetisi Bupati Cup 2022 yang digelar untuk memperingati Hari Jadi Kabupaten Tanah Bumbu ke-18.

Bupati Cup 2022 diikuti 32 tim. Tak hanya dari Tanah Bumbu, ada juga peserta yang datang dari kabupaten tetangga: Kotabaru dan Tanah Laut. Turnamen ini menggunakan sistem gugur. Tim yang kalah langsung kembali ke kampung halaman.

Kompetisi ini sebenarnya disambut dengan sangat antusias oleh masyarakat. Kungkungan pandemi yang begitu lama menjadi alasan utamanya. Warga sedang haus hiburan. Tak heran Lapangan Sepakbola Februari Pagatan selalu sesak dengan kehadiran penonton saat pertandingan berlangsung.

Perputaran ekonomi juga berjalan dengan baik. Ada puluhan pedagang kaki lima yang menjajakan dagangannya di sekeliling Lapangan Sepakbola 7 Februari. Dari pentol goreng, kacang rebus, keripik, siomay, sampai beraneka ragam jenis minuman. Jualan pedagang laris manis.

Sayangnya suasana positif itu tak terjadi dalam pertandingan. Ada saja masalah dalam event Bupati Cup 2022. Dari pantauan bakabar.com, setidaknya ada lima momen keributan yang sedikit banyak mengganggu jalannya turnamen sepakbola ini.

Pertama, dalam pertandingan Kingkong FC melawan Mandala Utama. Saat itu suporter Mandala Utama tiba-tiba masuk mengacau pertandingan yang memang sedang berlangsung panas.

Kericuhan kembali terjadi dalam pertandingan Generasi Batuah A versus Gaputra. Bak pertandingan MMA, pada laga ini oknum suporter Generasi Batuah A masuk ke lapangan dan langsung memukul wasit.

Suasana bak MMA battle kembali terjadi usai pertandingan Batuah A melawan Gaputra. Wasit yang memimpin pertandingan ini dipukul oleh salah satu suporter Batuah A. Peristiwa ini terjadi di lorong tribun.

Pemukulan kepada hakim pertandingan kembali terjadi pada pertandingan Gaputra vs Garuda Kotabaru. Salah satu pemain Gaputra juga memukul wasit karena diduga tidak puas dengan keputusannya memimpin pertandingan. Kericuhan ini kemudian berlanjut setelah laga berakhir.

Selanjutnya, laga Persegab vs CV.Nayla juga diisi dengan keributan. Itu berawal dari ketidakpuasan pemain Persegap kepada keputusan hakim garis. Bahkan ada satu momen pertandingan Bupati Cup 2022 yang sampai diwarnai dengan pembakaran flare.

Masyarakat Tanah Bumbu ikut menyanyangkan sejumlah insiden yang terjadi. Saat video kericuhan ini diunggah di akun Instagram Tanahbumbuinfo, salah satu netizen meminta pertandingan dihentikan, bahkan memberikan sanksi kepada oknum yang bikin ricuh.

Kebanyakan dari mereka menyayangkan keributan yang terus terjadi. Akun @kevindeon malah meminta panitia agar membuat pertandingan tinju saja, alih-alih menggelar turnamen sepakbola. Sebagian lainnya meminta agar pemerintah dan pihak panitia bisa memberikan solusi untuk setidaknya meminimalkan keributan dalam pertandingan Bupati Cup 2022.

“Karena sebenarnya turnamen ini bisa menjadi semacam hiburan rakyat. Masyarakat sangat terhibur. Tak cuma soal nonton bola, warga juga bisa sambil berwisata kuliner. Tapi kalau ribut terus meresahkan juga,” kata Iwan, warga Pagatan.

Ketua Asosiasi Sepakbola Kabupaten (ASKAB) Tanah Bumbu, M. Syaripuddin, saat dimintai komentarnya, menyampaikan olahraga apapun harus dibangun dengan sportivitas. Sportivitas itu, kata dia, harus dimiliki oleh perangkat pertandingan seperti pemain, wasit, hakim garis, termasuk suporter.

Dia tak memungkiri kericuhan di sepakbola, terutama Indonesia, kerap kali terjadi. Tapi jika seseorang itu mencintai sepakbola, seharusnya dia bisa menghindari keributan. Kalau pun protes, harus dilakukan tanpa kekerasan.

“Tradisi bermain sportif ini harus dibangun, baik dari pemain, wasit, maupun suporter pertandingan,” kata Bang Dhin.

Sementara Wakil Ketua DPRD Tanah Bumbu, Said Ismail, bereaksi lebih keras. Dia meminta turnamen Bupati Cup 2022 dihentikan. Apalagi jika masalahnya datang dari pemain atau official.

“Saran saya setop saja acaranya kalau masalahnya berulang kali terjadi. Olahraga itu harus sportif. Bukan cuma pemainnya saja yang dituntut sportif, tapi semua yang terlibat dan menyaksikan,” tegasnya.

Namun, Kepala Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata Tanah Bumbu, Hamaluddin Tahir, justru menyebut kericuhan yang terjadi baru satu kali.

“Setahu saya baru satu kali. Dan itu pun sudah diselesaikan dan duduk bersama dengan yang berkepentingan,” kata Hamal saat dikonfirmasi via WhatsApp, Kamis (17/3/2022) siang.

Karena event Bupati Cup 2022 baru pertama kali dianggarkan di Dinas Kepala Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata Tanah Bumbu, pihaknya akan segera melakukan evaluasi.

Rencananya, pihaknya akan membuat aturan yang lebih tegas jika Bupati Cup kembali digelar tahun depan. Di dalam aturan tersebut, semua klub diwajibkan membuat surat pernyataan bersedia menerima sanksi dari pelaksana dan PSSI Kabupaten sebelum digelarnya kompetisi.

Di samping itu, klub yang tidak menjunjung tinggi sportivitas pada Bupati Cup 2022 kemungkinan tidak akan diikutsertakan pada turnamen yang sama tahun depan.

“Kami akan membuat regulasi dan ketentuan tersebut kalau memang mau kegiatan dilaksanakan secara peofesional,” katanya.

Hamal menyampaikan event Bupati Cup 2022 akan menjadi pembelajaran bagi pihaknya sebagai penyelenggara.

“Persiapannya kami akan matangkan. Baru kami laksanakan. Karena ini gelaran pertama yang kami handel, maka turnamen kami teruskan. Setelah turnamen, kami akan undang semua manager klub dan para wasit yang bersertifikat untuk merumuskan event-event berikutnya,” jelasnya.



Komentar
Banner
Banner