bakabar.com, KANDANGAN – Cuaca yang tidak menentu sekarang ini belum memberikan dampak besar bagi petani padi di Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS). Namun yang membuat rugi adalah wabah penyakit tungro.
Diketahui, total ada sekitar 1.700 hektare luasan sawah yang ditanam padi di seluruh wilayah Kabupaten HSS terserang penyakit tungro.
Akibatnya, para petani terpaksa pasrah dan harus menelan pil pahit karena tahun ini diperkirakan banyak yang mengalami gagal panen padi.
Kepala Dinas Pertanian HSS, Muhammad Noor mengatakan penyakit atau virus pada padi ini biasanya menyerang ketika fase pertumbuhan vegetatif dan menyebabkan tanaman menjadi tumbuh kerdil dan jumlah anakan berkurang.
“Menyerang tanaman usia 0-45 hari, dan kalau sudah melewati atau menginjak usia di atas 45 hari maka padi sudah tahan terhadap penyakit tersebut,” kata Muhammad Noor, Sabtu (10/9).
Muhammad Noor menjelaskan serangga utama yang menyebarkan virus tungro yakni wereng hijau Nephotettix malayanus dan Nephotettix virescens. Hewan ini menusuk dan meninggalkan virus.
“Pelepah dan helaian daun memendek dan daun yang terserang sering berwarna kuning, daun muda sering berwarna hijau pucat sampai putih dengan panjang berbeda sejajar dengan tulang daun,” jelasnya.
Parahnya, biji padi menjadi kecil dan tidak lebat sehingga petani mengalami kerugian dengan perkiraan persentase kerugian 60 persen dan panen 40 persen dari hasil sebelum terkena penyakit.
Meminjam data Dinas Pertanian Kabupaten HSS, total luas sawah di 11 Kecamatan Bumi Rakat Mufakat sebutan HSS ada sekitar 30.967 hektare.
Sedangkan yang mengalami gagal panen padi tahun 2022 ini adalah sekitar 1.700 hektare sawah.
Muhammad Noor mengatakan bahwa gagal panen terkena penyakit tungro terparah di Kecamatan Simpur, kemudian Kalumpang, dan Sungai Raya.
“Memang ada yang terkena tungro di beberapa kecamatan. Sebagian kecil ada juga di wilayah Padang Batung dan Angkinang,” lanjut Muhammad Noor, Sabtu (10/9) malam.
Pihaknya pun masih belum bisa menaksir total kerugian petani pascaserangan penyakit tungro. Namun, pemerintah daerah telah menyalurkan beras sebanyak 10 liter per KK.
Mengantisipasi wabah penyakit serupa, Dinas Pertanian HSS menyarankan supaya petani ke depan menanam padi varietas unggul seperti Inpari 32.
Saran itu bukan tanpa alasan, sebab kebanyakan yang terkena tungro adalah varietas lokal.
“Kita utamakan petani menanam bibit padi unggul terhadap penyakit tungro. Salah satunya Inpari 32,” kata Muhammad Noor.
Selain itu, pihaknya bersama dengan penyuluh dan kelompok tani ke depan akan lebih intensif dalam melakukan pengamatan langsung sehingga jika ada kendala bisa ditangani.