bakabar.com, JAKARTA - Berkomunikasi dengan Tuhan lewat doa sejatinya adalah kebutuhan rohani yang dilakoni sehari-hari. Namun, khusus di hari Jumat pertama bulan Maret, rupanya ini diperingati sebagai Hari Doa Sedunia.
World Day of Prayer, begitu nama lainnya, diharapkan menjadi momentum pengingat untuk kembali pada Tuhan. Selain itu, kegiatan ini diharapkan mempererat tali silaturahmi sesama manusia.
Peringatan ini kali pertama tercetus pada 1887, ketika para wanita beragama Kristen di Amerika Serikat dan Kanada mendukung keterlibatan kaum hawa dalam misi melakukan doa bersama di seluruh dunia.
Selang empat tahun usai dicetuskan, kegiatan tersebut meluas ke berbagai negara. Ekspansi ini ditandai dengan pembaptis yang memulai Hari Doa untuk misi luar negeri, terhitung sedari 1891.
Perayaan Hari Doa kian menjadi sorotan menjelang akhir abad ke-19. Pada 1897, misalnya, sekelompok wanita dari enam denominasi akhirnya turut mengikuti doa bersama untuk misi rumah tangga.
Bukan Sekadar Berdoa
Meski semula diciptakan untuk sepenuhnya berkomunikasi dengan Tuhan, Hari Doa nyatanya juga menjadi tonggak berdirinya tempat belajar bagi para wanita. Ini berawal dari keberhasilan Konferensi Misionaris Ekumenis di New York City pada 1900.
Kala itu, sekelompok wanita awam mengorganisir sebuah Komite Sentral Interdenominasi untuk United Study. Ini menyediakan publikasi, konferensi musim panas, hari belajar, juga kursus bagi kaum hawa agar mampu mengikuti perkembangan terkini.
Kursus tersebut juga memungkinkan para wanita mempelajari dasar-dasar Alkitab. Serta, berbagai isu penting yang berkaitan dengan pekerjaan misi.
Spirit para perempuan ini kian menggebu-gebu. Mereka berinisiatif mengatur struktur interdenominasi yang efektif lagi kooperatif dalam misi domestik maupun luar negeri.
Tak berhenti sampai di situ, pada 1908, para perempuan juga mendirikan Dewan Wanita untuk Rumah Misi. Ini bertanggung jawab atas rehabilitasi imigran dan masalah sosial lain, termasuk persiapan Hari Doa bersama.
Menebar Doa ke Berbagai Penjuru Dunia
Terhitung mulai 1926, Hari Doa mulai dirayakan secara global. Sejumlah negara di berbagai penjuru dunia pun memiliki caranya tersendiri dalam memperingati momentum ini.
Italia, misalnya, merayakan Hari Doa dengan mengadakan sebuah acara yang terdiri dari doa, menyanyi, puisi, puasa, peragaan, dan pawai di sepanjang jalan di dalam kota. Gambaran ini sebagaimana dideskripsikan laman viva.org, dikutip Jumat (3/3).
Inggris tak mau kalah. Negera ini juga punya cara tersendiri dalam merayakan Hari Doa, yakni dengan menggelar ibadah Minggu sore, di mana pusat-pusat doa mengadakan kegiatan anak di ibadah sampai memutar video perenungan.
Kegiatan tersebut serupa dengan perayaan yang digelar di AS, yakni mengadakan acara untuk pra-sekolah sampai kelas 8. Murid-murid memimpin penyembahan, mempresentasikan HDS (dengan gambar dan slide), diakhiri dengan doa bersama.
Sementara di Tanzania, Hari Doa disemarakkan dengan makan bersama, acara kor dan drama, serta doa-doa kelompok. Senada dengan itu, India juga merayakan dengan acara makan setelah Ibadah Minggu di sebuah panti asuhan di daerah kumuh di mana gereja berlokasi.