bakabar.com, BANJARMASIN - Transformasi digital yang begitu cepat seakan merubah nasib Aulia Abdi (40) 180 derajat.
Bagaimana tidak, Aulia sempat mendekam di balik jeruji besi pada 2005 silam.
Kala itu, ia terjerat kasus tindak pidana perjudian. Bukan hanya sekali, tapi dua kali.
Namun yang kedua bukan kasus serupa, melainkan Aulia divonis melakukan pembiaran terhadap tindak pidana.
“Saat itu saya bekerja sebagai sekuriti. Kebetulan ada tindak pidana, saya dituduh melakukan pembiaran padahal mengetahui,” ucap Aulia kepada bakabar.com, Jumat (3/2).
Setelah bebas, ia pun mengaku kesulitan mencari pekerjaan.
Hal itu lantaran statusnya sebagai mantan narapidana.
Kendati demikian, situasi tersebut tak menyurutkan semangatnya bertahan hidup.
“Tak ada rotan, akar pun jadi”. Mungkin itu peribahasa yang pas menggambarkan kondisi Aulia kala itu.
Akhirnya, ia pun mencoba peruntungan membuka bisnis kecil-kecilan dengan menjual sambal terasi.
Lantaran merintis, kemasan yang digunakan pun ala kadarnya. Hanya berupa toples kecil polos, tanpa merek apapun.
Ia mulai memasarkan melalui beranda dan grup Facebook.
“Saya ingat betul, orang yang pertama kali beli dari Sutoyo S Banjarmasin,” katanya.
Setelah Facebook, pemasaran juga dilakukan Aulia melalui BlackBerry Messenger, (BBM).
“Tapi kan dapat pin BBM tetap dari Facebook,” kenangnya.
Bahkan penjualan semakin meningkat per harinya.
Biasanya hanya 1-2 toples, naik menjadi 10-15 toples per hari.
Dari sana, ia mulai mencoba berbenah kemasan.
Dari toples menjadi botol plastik kecil. Ukurannya kurang 100 ml dengan merek “Sambal Acan Raja Banjar”.
“Saya memberanikan diri untuk memasarkan ke ritel modern. Awalnya sempat kesulitan izin dan lain-lain, tapi kini sudah berhasil dilalui,” ungkapnya.
Setelah 2 tahun berjuang, titik keringatnya pun membuahkan hasil.
Sampai-sampai ia dipercaya mengelola sebuah rumah makan pada 2016.
Di sini awal mula titik balik Aulia. Promosi pun semakin gencar dilakukan. Dari medsos hingga media massa.
"Saya pun berinisiatif menggandeng Almarhum Jhon Tralala sebagai brand ambasador," bebernya.
Alhasil, ia sukses meraup omzet puluhan juta pada tahun pertama mengelola rumah makan.
"Itu pendapatan kotor. Alhamdulillah membuahkan hasil," ujarnya.
Tak hanya sampai di situ, ia terus mengikuti perkembangan teknologi informasi seperti Instagram, YouTube hingga TikTok.
Seluruh platform telah dimanfaatkannya sebagai media promosi.
Puncaknya pada 2022, Aulia berhasil meraup omzet di bawah 500 juta.
"Ya tahun kemarin omzet di bawah 500 juta," sebutnya.
Pintu Sukses Terbuka
Menanggapi capaian tersebut, Ekonom Kalsel, Dr Mochammad Zainul mengatakan bahwa pintu sukses terbuka lebar bagi orang yang benar-benar berusaha. Terlebih di era revolusi industri 4.0.
"Perkembangan teknologi memang tak bisa dipungkiri, termasuk di dunia usaha," ujarnya.
Ia menekankan agar pelaku UMKM harus bisa beradaptasi dengan kemajuan teknologi informasi.
"Melalui teknologi informasi, pelaku UMKM lebih mudah memasarkan produk yang dihasilkan," jelasnya.
"Kemudian jauh lebih efisien karena tak lagi mencetak dan mengedarkan brosur hingga spanduk," lanjutnya.
Selain itu, perusahaan juga dapat berinteraksi langsung dengan konsumen untuk melakukan penawaran atas produk yang dijual.
"Lalu konsumen yang dijangkau juga bisa semakin luas, tidak hanya di dalam kota, namun juga di luar kota, bahkan mancanegara," pungkasnya.