Kalsel

Belajar Online, Puluhan Kali Satpol PP Razia Anjal di Banjarmasin

apahabar.com, BANJARMASIN – Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Banjarmasin melaporkan peningkatan jumlah anak jalanan (anjal)…

Featured-Image
Para anjal di Banjarmasin kerap kucing-kucingan dengan anggota Satpol PP Banjarmasin yang melakukan razia penyakit masyarakat. apahabar.com/Bahaudin Qusairi

bakabar.com, BANJARMASIN – Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Banjarmasin melaporkan peningkatan jumlah anak jalanan (anjal) selama masa belajar online.

Belajar online atau daring tak lain imbas daripada pandemi Covid-19. Selama pandemi, pemerintah membatasi interaksi warganya guna memutus rantai penularan Covid-19.

Sampai hari ini, setidaknya sudah tercatat 5.169 kasus Covid-19 di Banjarmasin, 381 di antaranya kasus aktif, 4.602 pasien sembuh, dan 186 lainnya meninggal dunia.

Perlahan muncul masalah baru dari penerapan belajar daring tersebut. Anjal serta gelandangan dan pengemis (gepeng) bermunculan di tepi jalan protokol hingga fasilitas umum perkotaan.

"Ya anak itu ikut teman temannya dan akhirnya meminta seperti itu dan terus terang agak meningkat," ujar Plt Kepala Satpol PP dan Damkar Banjarmasin Fahrulrazie ditemui bakabar.com, Selasa (23/2).

Dirinya tak menampik banyak orang tua yang membutuhkan penghasilan lebih karena belajar secara daring. Mereka terpaksa turun ke jalan untuk menambal pengeluaran biaya internet, serta kebutuhan smartphone atau ponsel pintar.

"Tapi kita tidak bisa membuktikan alasan anak bekerja itu karena beli smartphone. Kadang kadang faktor mental," tuturnya.

Yang disayangkan Razie, para orang tua anjal tersebut turut membiarkan anak-anaknya ikut turun ke jalan.

Dalam aksinya, Satpol PP kerap menemukan mereka menggunakan kostum badut penghibur. Meski modus tersebut tetap saja bisa mengelabui anggotanya.

Walhasil, dalam sehari, kata dia, Satpol PP Banjarmasin bisa sampai 30 kali melakukan penertiban para badut jalanan tersebut.

“Tetapi pola penertiban ini tidak efektif diterapkan. Anjal selalu melarikan diri ketika melihat anggota kami,” jelasnya.

Satpol PP Banjarmasin mengaku kerap kerepotan. Sebab, umumnya mereka beraktivitas di atas jam 11 malam atau di luar jam kerja petugas.

"Kadang mereka ini kucing-kucingan, di mana mereka tahu ada petugas lewat, mereka lari," ucapnya.

Dirinya tak melarang anak mencari rezeki dengan menjadi badut jalanan. “Itu hak mereka,” ujarnya.

Namun harus tahu tempat. Bukan berarti di ruas jalan yang notabene padat lalu lalang kendaraan dibolehkan. Ambil contoh, seperti perempatan jalan dan pusat kota yang selalu ramai hilir-mudik kendaraan.

"Cari di pasar atau tempat yang tidak membahayakan silakan. Tapi kalau di jalan mau tidak mau kita tertibkan," pungkasnya.

Praktik badut jalanan di Banjarmasin saat ini menurutnya cukup sistematis dan terorganisir. Salah satu buktinya, mereka menyewa kostum tersebut seharga Rp50 ribu per hari.

Sering kali ditertibkan, petugas menyita kostum para badut ini selama sepekan. Pemilik kostum mesti membuat perjanjian agar tak mengulangi aksinya.

"Apabila mengulangi kembali maka kostum akan diambil oleh petugas," imbuhnya.

Ya, pandemi Covid-19 membuat pembelajaran tatap muka beralih ke daring. Sempat diwacanakan dimulai kembali 11 Januari 2021, Pemkot Banjarmasin kemudian mengurungkan niatan tersebut.

Pembatalan imbas kewenangan pelaksanaan belajar tatap muka diambil alih pemerintah pusat, seiring pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang berakhir 22 Februari kemarin.

“Kewenangan diambil lagi, dan ditunda, serta penerapan PSBB Jawa Bali mulai 11 Januari. Dengan demikian, kami menunda pelaksanaan pembelajaran tatap muka,” ujar Wali Kota Banjarmasin Ibnu Sina, Senin (11/1).



Komentar
Banner
Banner