Kalsel

Bawa Gerbong Nahdliyin, Mampukah Abdul Haris Makkie Geser Incumbent?

apahabar.com, BANJARMASIN – Konstelasi politik Pemilihan Wali Kota Banjarmasin (Pilwali) Banjarmasin 2020 mendatang makin berwarna. Sejauh…

Featured-Image
Ketua PWNU Kalsel H Abdul Haris Makkie (Kedua dari kiri) usai pelantikan PW dan PC GP Ansor Alabio Kalsel, belum lama ini. Foto-Istimewa

bakabar.com, BANJARMASIN – Konstelasi politik Pemilihan Wali Kota Banjarmasin (Pilwali) Banjarmasin 2020 mendatang makin berwarna.

Sejauh ini, ada tiga pasangan bakal calon kepala daerah di ajang pesta demokrasi lima tahunan tersebut.

Di antaranya sang petahana, Ibnu Sina yang digadang-gadang akan berdampingan dengan Kadis PUPR Banjarmasin, Arifin Noor.

Selanjutnya, terdapat dua pasangan bakal calon penantang lain, yaitu Ananda – Mushafa Zakir dan Abdul Haris Makkie – Ilham Nor.

Menariknya, terdapat nama Abdul Haris Makkie, yang juga Ketua PWNU Kalsel sekaligus Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Kalsel. Haris sendiri akan diusung 3 parpol besar seperti Gerindra, PPP dan PBB.

Lantas, mampukah Haris Makkie dengan basis nahdliyin menumbangkan sang incumbent di Pilwali Banjarmasin?

Pengamat Politik dan Kebijakan Publik FISIP ULM, Setia Budhi mengatakan selama ini unsur pimpinan selalu berbasis pesantren dan ulama dalam tradisi Nahdlatul Ulama di Kalsel.

“Namun, hari ini tradisi itu bergeser. Ketua dari kalangan birokrat, dan Sekretaris dari LSM serta kader partai politik, sehingga harus hati-hati mengklaim gerbong NU Banua Anam garis lurus dengan figur ketua,” ucap Setia Budhi kepada bakabar.com, Rabu (19/8) pagi.

Berdasarkan hipotesis pribadi, kata Setia Budhi, Ketua PWNU Kalsel tidak berbanding lurus dengan arah dukungan basis nahdliyin.

Setia Budhi menilai Haris Makkie mesti kerja keras untuk meyakinkan basis politiknya. Sebab, selama 5 tahun ke belakang, basis dukungan NU justru lebih banyak bersilaturahmi dengan sang petahana, Ibnu Sina.

“Jika Haris Makkie sebagai Ketua PWNU Kalsel yang tadinya diharapkan menggarap dukungan warga NU se-Banua Anam, maka ketika beliau didorong maju Pilwali Banjarmasin, tentu akan berbeda basis dukungannya,” kata Setia Budhi, yang juga Ketua Program Studi Sosiologi FISIP ULM itu.

Basis warga NU se-Banua Anam, sambung dia, bisa saja terpecah karena terhalang suara arus bawah yang mayoritas menghendaki Abdul Haris Makkie berkompetisi di level provinsi.

“Terbukti, PKB yang identik dengan suara nahdliyin hari ini ikut dalam koalisi sang petahana. Ini buah nyata bahwa model silaturahmi yang selama ini dibangun Ibnu Sina berjalan sangat efektif,” kata Setia Budhi.

Apakah ada kaitan Pilgub Kalsel dengan Pilwali Banjarmasin 2020 ?

Jika melihat figur yang berkompetisi di Pilwali Banjarmasin, tambah dia, tampaknya tidak ada kaitan atau berpengaruh langsung.

Sebab, sampai hari ini, tidak tampak garis politik antara bakal calon gubernur dengan bakal calon wali kota yang bertanding.

Jika ada kaitan langsung antara Golkar yang mengusung Paman Birin, maka seharusnya Golkar mengusung H. Yuni sebagai Ketua DPD Golkar Kota Banjarmasin.

Dan, jika PKS mau mengamankan suara gubernur, maka seharusnya mendukung sang petahana. Karena secara kultural basis PKS Banjarmasin tetap solid bergandengan tangan dengan petahana.

“Jika demikian, secara hipotesis sang petahana masih lebih unggul dalam ‘model politik bacaruk’ seperti ini. Sebab partai politik para pengusung tidak ada yang solid secara ideologis. Dan soliditas itu hanya ditakar dari aspek pragmatis,” pungkasnya.

Editor: Puja Mandela



Komentar
Banner
Banner