bakabar.com, BANJARMASIN – Dibandingkan lebaran Idulfitri sebelumnya, baru kali ini pelaku usaha feri penyeberangan Banjarmasin-Tamban harus mengelus dada.
Biasanya momentum lebaran membuat warga ramai pulang pergi naik feri, baik dari Banjarmasin menyeberang ke Tamban (Barito Kuala) atau pun sebaliknya. Sehingga menghasil pundi-pundi rupiah untuk dibawa pulang ke rumah.
Namun lebaran sekarang, mereka kini harus kehilangan 50 persen lebih pendapatannya.
“Ini sudah tidak seperti biasanya, kalau hari lebaran seperti ini kadang pengendara sepeda motor menyeberang ada sampai 600 unit waktu lebaran. Sekarang justru menurun pesat, untuk mencari 300 unit saja susah,” terang Zulkifli pekerja di feri penyeberangan di dermaga Banjar Raya, Banjarmasin, Senin (25/5).
Zulkifli mengatakan, meski kedua pemerintah daerah baik Banjarmasin maupun Kabupaten Batola sudah memperbolehkan membuka jalur penyeberangan untuk feri, nyatanya hanya sedikit orang menggunakan jasa tersebut sebagai moda transportasi ringkas menuju kedua daerah.
“Pemerintah kabupaten mengizinkan dengan catatan harus mengikuti aturan protokol Covid-19. Menggunakan masker, di feri disediakan tempat cuci tangan dan jaga jarak, serta penumpang dikurangi setengahnya, kalau biasa bisa menampung 50, sekarang dibatasi jadi 25 saja,” jelasnya.
Kendati begitu, Zulkifli mengaku untuk memenuhi 25 orang saja dalam sekali berangkat sudah sangat sulit. Bahkan terkadang hanya ada 10 sampai 15 penumpang menyeberang.
“Sebelumnya memang usaha feri penyeberangan ini ditutup selama satu bulan lebih. Baru dibuka satu minggu terakhir ini sampai dengan hari lebaran sekarang dengan ketentuan itu tadi. Tapi nyatanya belum seramai dulu,” ujar pria akrab disapa Amang Izul.
Amang Izul pun mengaku hal ini dikarenakan imbas wabah Covid-19 dan adanya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di dua daerah.
“Kalau di Dermaga Banjar Raya (Banjarmasin) menuju Saka Kajang (Tamban) di hari normal sebelum covid-19 bisa mengangkut 400 penumpang satu buah feri saja. Di sini ada dua feri yang beroperasi. Itu ditopang karena anak sekolah, PNS, mahasiswa yang kuliah. Jadi, aktivitas itu ditopang karena kerja dan sekolah, selama wabah ini sudah tidak ada lagi,” tukasnya.
Sementara salah seorang penumpang, Taufik menyebut, dengan adanya feri penyeberangan menjadi akses tercepat menuju kedua daerah, bagi warga Tamban yang hendak berurusan di Banjarmasin.
“Keberadaan feri ini penting, sebab satu-satunya akses cepat menuju kedua daerah tercepat. Kalau ini ditutup akan menyulitkan warga karena harus memutar jauh kalau mau ke Banjarmasin,” tandas warga Tamban ini.
Reporter: Ahya Firmansyah
Editor: Ahmad Zainal Muttaqin