Tak Berkategori

Bantu Korban Banjir di Batola, Pasutri Ini Rela Tinggalkan Anak

apahabar.com, MARABAHAN – Sekalipun terkadang dianggap remeh, banyak pengorbanan yang diberikan ratusan relawan selama banjir di…

Featured-Image
Kapolsek Mandastana, Ipda Maryono, menggendong seorang bayi berusia 3 bulan yang dievakuasi di Desa Puntik Tengah. Foto: Istimewa

bakabar.com, MARABAHAN – Sekalipun terkadang dianggap remeh, banyak pengorbanan yang diberikan ratusan relawan selama banjir di Barito Kuala, termasuk pasangan suami istri Maryono dan Lisa Hadiyati.

Maryono sehari-hari merupakan Kapolsek Mandastana. Pria berpangkat Ipda ini nyaris tidak pernah mengenakan pakaian kering.

Penyebabnya Mandastana merupakan salah satu kecamatan terimbas banjir paling parah. Bahkan dari total 14 desa, semuanya dikelilingi air.

Sementara Lisa adalah anggota Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Batola. Istri Maryono ini juga mendapat tugas mengevakuasi korban maupun mendistribusikan logistik.

Demi tugas tersebut, tak jarang mereka harus meninggalkan ketiga buah hati di rumah bersama seorang pengasuh hingga menjelang tengah malam. Itu termasuk si bungsu yang baru berusia 3 tahun.

“Kebetulan pengasuh yang sudah kami anggap orang tua sendiri, tinggal tidak jauh dari rumah di Marabahan. Terkadang anak-anak menginap di rumah beliau,” papar Lisa.

“Kalau kami pulang pukul 01.00 atau 02.00, beliau meminta anak-anak tak dibangunkan. Mereka baru dijemput pagi dan beberapa jam kemudian ditinggal lagi,” tambahnya.

Namun hal tersebut tidak dijadikan alasan, terutama ketika masyarakat meminta pertolongan, baik siang maupun malam.

“Dari 14 desa di Mandastana, semuanya terdampak banjir. Makanya kami harus selalu siap melakukan evakuasi dan mengantar logistik,” timpal Maryono.

“Beberapa evakuasi dilakukan malam hari menggunakan transportasi air, mengingat jalan sudah tidak bisa dilalui kendaraan,” imbuhnya.

Bersama anggota Polsek Mandastana, TNI, BPBD, Tagana, PMI dan relawan, pasangan ini di antaranya mengevakuasi seorang ibu yang akan melahirkan di Desa Puntik Tengah.

Evakuasi juga dilakukan untuk wanita berusia lanjut yang sedang sakit di Desa Bangkit Baru, atau seorang bayi berusia 3 bulan bersama sang ibu di Puntik Tengah.

Dalam evakuasi di Puntik Tengah itu, cuaca sedang gerimis. Maryono tampak tidak canggung menggendong si bayi sembari dipayungi relawan.

“Untuk kejadian yang membutuhkan perawatan, warga langsung dibawa ke Puskesmas Mandastana,” jelas Maryono.

“Beberapa warga Mandastana diungsikan ke Kecamatan Alalak, Rantau Badauh, Cerbon, Bakumpai dan Anjir Muara,” tambahnya.

Dalam kesempatan lain, tim gabungan yang bertugas di Mandastana mengevakuasi satu keluarga. Dalam keluarga itu, terdapat sedikitnya 3 balita.

“Armada untuk melakukan evakuasi sebenarnya sudah memadai. Namun kadang-kadang harus menunggu dulu, karena dipakai untuk mengantar logistik,” beber Maryono.

Sampai sekarang banjir belum sepenuhnya berakhir. Terutama di Mandastana, setidaknya empat desa masih sulit diakses melalui darat.

Mulai dari Desa Tatah Alayung, Antasan Segera, Pantai Hambawang dan Tanipah. Ketinggian air masih sekitar lutut orang dewasa.

img

Tim gabungan dari Polres Mandastana, TNI, BPBD, Tagana, PMI dan relawan mengevakuasi satu keluarga yang terjebak banjir. Foto: Istimewa



Komentar
Banner
Banner