bakabar.com BANJARBARU – Berbagai cerita menarik keluar dari mulut para peserta Baayun Maulid, di Museum Lambung Mangkurat Banjarbaru Kamis (29/11) pagi.
Mulai dari nazar kesembuhan penyakit, sampai dengan tradisi keluarga. Mewarnai cerita para peserta Baayun Maulid tahun 2018 ini.
Total ada 171 peserta, mulai dari anak-anak sampai dengan orangtua. Peserta termuda adalah Aisya Humaira, bayi yang berumur 17 hari. Peserta tertua adalah Siti Samsiah (71), warga Jalan Kaca Piring Loktabat Utara Banjarbaru.
“Saya sudah 20 tahun rutin mengikuti baayun Maulid di Museum Banjarbaru. Awalnya bernazar, jika kondisi kesehatan saya membaik setiap tahun akan terus mengikuti baayun Maulid,” ujar Samsiah (71) kepada bakabar.com
Dia mengakui, dirinya sudah lama menderita stroke sebagian badan sebelah kanan. Samsiah bersyukur, sejak mengikuti Baayun Maulid kesehatannya mulai membaik.
Baca Juga :Korban Dioperasi Bedah Plastik 3 Kali, Polisi Bentuk Tim Gabungan
Beda halnya dengan Ervira, dia mengajak buah hatinya Aisya Humaira yang baru berumur 17 hari, karena tradisi keluarga.
“Baayun Maulid ini sudah menjadi tradisi keluarga kami. Mulai dari Datuk, Nenek, sampai anak saya semua harus pernah merasakan Baayun pada bulan Maulid. Walaupun dalam hidup hanya satu kali saja mengikutinya,” jelasnya.
Fungsional Pamong Budaya Museum Lambung Mangkurat, Slamet Hadi Triyanto mengaku, antusiasme masyarakat Banjarbaru dan sekitarnya sangat tinggi. Untuk mengikuti acara Baayun Maulid yang dilaksanakan Museum Lambung Mangkurat ini.
“Total ada 171 peserta yang ikut, dari target kami yang hanya 160 saja. Itupun masih banyak yang mau daftar, karena keterbatasan tempat pelaksanaan, jadi kami batasi,” ujarnya.
Menurutnya, peserta saat ini masih didominasi dari Kota Banjarbaru dan Kabupaten Banjar. Padahal tercatat di tahun sebelumnya, ada peserta dari Jawa dan Kalimantan Barat.
“Mungkin waktu itu orang dari luar Kalsel ini sedang ada acara juga, jadi sekalian ikut tradisi Baayun Maulid disini,” kisahnya.
Penulis: Zepi Al Ayubi
Editor: Fariz F