bakabar.com, BANJARBARU - Isu peredaran beras oplosan yang mencuat secara nasional, turut menjadi perhatian serius Pemprov Kalimantan Selatan.
Menurut laporan dari Kementerian Pertanian, indikasi pengoplosan dilakukan ratusan merek beras dan telah berlangsung hingga satu tahun terakhir.
Kementerian Pertanian menemukan 212 merek yang melanggar standar mutu. Di antararanya Sania, Sovia, Fortune, dan Siip milik Wilmar Group, serta Setra Ramos, Beras Pulen Wangi, dan Setra Pulen yang diproduksi Food Station Tjipinang Jaya. Kemudian Raja Platinum dan Raja Ultima milik PT Belitang Panen Raya.
Termasuk merek Ayana dari PT Sentosa Utama Lestari yang notabene anak usaha Japfa Group. Hal ini yang menjadi atensi Dinas Perdagangan Kalsel.
"Oplosan jelas secara aturan kesehatan tidak memenuhi standar. Nanti kami turun ke lapangan secara sembunyi-sembunyi, bukan dalam bentuk razia terbuka," jelas Kadisdag Kalsel, Ahmad Bagiawan, Jumat (18/7).
Tindakan diam-diam lebih efektif untuk menghindari reaksi dari pelaku yang bisa saja menghentikan sementara peredaran saat mengetahui razia.
Berdasarkan informasi yang diterima Disdag Kalsel, beberapa merek terindikasi mengoplos dengan bahan-bahan tidak jelas asal-usul maupun kualitas. Hal ini tentu berisiko terhadap kesehatan konsumen.
"Khusus untuk beras lokal, sepertinya masih aman dan belum terdapat indikasi oplosan. Sebaliknya yang menggunakan merek dan kemasan tertentu dari luar,," beber Bagiawan.
Disdag Kalsel juga akan membentuk tim koordinasi yang melibatkan kepolisian dan instansi terkait lain. Langkah ini sebagai bentuk keseriusan dalam menindaklanjuti temuan dan informasi dari pemerintah pusat.
Masyarakat juga diimbau agar lebih cermat dalam membeli beras. Terkadang selisih harga yang kecil antara beras asli dan oplosan bisa menyesatkan konsumen.
"Kadang masyarakat memilih yang penting murah. Misal satu merek seharga Rp175 ribu, lalu juga dijual beras dengan kemasan serupa yang berharga Rp150 ribu. Bisa saja yang murah ini beras oplosan," imbau Bagiawan.