bakabar.com, BATULICIN – Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kalimantan Selatan, Hj Nurliani, mengunjungi Batulicin, Kabupaten Tanah Bumbu, Kamis (25/03).
Silaturahmi digelar di Temu Kopi Batulicin. Di sana, Hj. Nurliani menggelar silaturahmi sekaligus menyerahkan piagam penghargaan untuk para penulis dan pegiat literasi. Penghargaan diberikan kepada mereka yang telah menyerahkan karya tulisnya ke Dispersip Kalsel.
Beberapa nama yang ikut mendapat penghargaan antara lain, Arif Rachman, Kasriani Anwar, Halimatus Sadiah, Ngatmiatun, Sri Supadmi, Adriati Kurniasih, dan sejumlah penulis lainnya.
“Ini sangat luar biasa. Bisa memberikan motivasi yang luar biasa. Bu Hj. Nurliani juga sangat energik dan bersemangat,” kata Sekretaris PGRI Tanah Bumbu, Kasriani Anwar.
Dalam pertemuan itu, Kasriani ikut menyerahkan satu buku karyanya berjudul “Seni Budaya Tradisi Banjar di Tanah Bumbu”.
Dia kemudian mengatakan ada banyak penulis lokal hanya sekadar menerbitkan buku. Padahal, setelah buku diterbitkan, masih ada banyak hal yang perlu dilakukan.
“Masih banyak yang sekadar menulis buku, tapi setelah itu tidak tahu apa yang harus dilakukan. Padahal, setelahnya ada ruang apresiasi dan publikasi,” kata guru SMPN 2 Kusan Hilir ini.
Ke depan, dia berharap pemerintah bisa memfasilitasi agar penulis lokal bisa mencetak buku.
Salah satu pegiat literasi Tanah Bumbu, Arif Rachman, menilai kunjungan Dispersip Kalsel ke Batulicin sangat bagus untuk menjalin keakraban antara penulis Tanah Bumbu dengan pemerintah.
“Apresiasi yang diberikan Dispersip Kalsel ini luar biasa tinggi. Ini membuat kami terus bersemangat untuk berkarya,” sebut Arif.
Sementara Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kalimantan Selatan, Hj Nurliani, bercerita banyak soal perjalanannya mengembangkan literasi di Kalsel.
“Orang yang banyak membaca dengan yang tidak banyak membaca itu beda kualitasnya. Misalnya saja ibu rumah tangga. Kalau yang tidak banyak membaca, dia miskin ide untuk mencari menu makanan,” katanya.
Baru-baru ini, Kalsel mendapat Indeks Pembangunan Literasi tertinggi dari Kementrian Dalam Negeri.
Menurut Nurliani indeks tersebut tidak dilihat dari seberapa megahnya kantor perpustakaan, tapi pemerintah harus hadir melayani masyarakat.
“Pokoknya pemerintah harus hadir. Jangan cuma mobil perpusnya yang parkir. Harus ada hiburan. Misal ada badut untuk hiburan. Itu, kan, menarik,” katanya.
Dalam pembangunan literasi, lanjut dia, pemerintah harus menjalin kerja sama dengan sastrawan dan budayawan di Kalsel.
“Kita tidak bisa bekerja sendiri. Harus melibatkan semua pihak seperti sastrawan dan budayawan,” jelasnya.
Tim Dispersip Kalsel juga menggelar edukasi literasi untuk anak-anak melalui nyanyian dan gerak tubuh.