bakabar.com, TANJUNG – Sejumlah daerah aliran sungai (DAS) di Tabalong menjadi langganan banjir pada saat musim hujan dengan intensitas tinggi.
Selama ini terjadinya banjir di Tabalong pemicu utamanya karena curah hujan yang tinggi, sementara sungai tak mampu menampungnya sehingga meluap dan merendam pemukiman warga.
Banjir di sepanjang DAS ini berawal dari air hujan di daerah pegunungan masuk ke Sungai Tabalong kiri, yaitu Kecamatan Jaro, Muara Uya dan Sungai Tabalong Kanan di Bintang Ara dan Haruai.
Karena debit air yang tinggi akhirnya meluap ke pemukiman warga yang berada di sepanjang aliran sungai dan mengakibatkan banjir.
Banjir sendiri bermula dari Jaro, Muara Uya ataupun dari Bintang Ara.
Setelah 3 kecamatan itu terjadi pertemuan air sungai Tabalong kiri dan kanan di Mahe Kecamatan Haruai.
Hasil pertemuan air sungai Tabalong kiri dan kanan inilah yang selanjutnya menimbulkan banjir di Kecamatan Haruai kemudian ke hilir Tabalong, meliputi Kecamatan Tanjung, Murung Pudak, Muara Harus, Kelua, Pugaan dan Banua Lawas.
Sementara banjir di wilayah Kecamatan Upau dan Tanta kebanyakan karena meluapnya Sungai Jaing, seperti di Komplek Maluyung, Desa Tanta, Desa Mangkusip dan Desa Padangin.
Mengantisipasi terjadinya banjir Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tabalong melakukan dua cara, struktural dan non struktural.
"Untuk struktural di antaranya melakukan pembersihan sungai bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup. Hal ini untuk melancarkan arus sungai,” kata Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan pada BPBD Tabalong, Muhammad Joko, di temui media ini, Senin (23/8).
“Kami juga melakukan imbauan kepada warga agar tidak membuang sampah ke sungai, ini supaya arus air selalu lancar,” imbuhnya.
Untuk non struktural, lebih kepada pembentukan kampung siaga bencana. Sehingga masyarakat bisa memahami bencana dan tindakan penyelamatan bila terjadi bencana.
Sementara terkait penanganan saat banjir BPBD Tabalong menambah sarana perahu.
Tahun ini ada pengadaan 3 buah perahu karet sebagai evakuasi warga jika terjadi banjir.
“Perahunya sudah tiba dan belum dirakit karena masih dalam proses administrasi,” jelasnya.
Perahu ini peruntukkannya 1 buah untuk Kecamatan Haruai, selain ini permohonan warga juga, karena wilayah itu sebelumnya menjadi lokasi banjir terparah.
Satu perahu lagi buat wilayah selatan dan 1 untuk BPBD Tabalong.
“Perahu belum diserahkan ke Kecamatan Haruai karena masih dalam proses administrasi,” terang Joko.
Dengan bertambahnya 3 perahu karet ini, saat ini sarana untuk penanganan banjir dan lainnya di Tabalong berjumlah 6 unit (3 perahu karet, 3 perahu fiber).
Selain itu, juga terdapat 1 pompa berkapasitas besar bantuan Pemprov Kalsel dan sejumlah pompa portabel.
Joko bilang, sebagai antisipasi juga pihaknya tahun ini kembali melakukan pemasangan rambu-rambu rawan bencana di wilayah Kecamatan Tanjung dan selatan Tabalong.
Sebelumnya pemasangan rambu-rambu tersebut telah dilakukan tahun lalu di wilayah utara dan Murung Pudak, termasuk memasang alat Elektronik Warning Sistem (EWS) untuk mengetahui ketinggian debit air sungai Tabalong.
“Tujuannya agar masyarakat bisa mengetahui dimana saja sering terjadi banjir dan bencana alam lainnya,” pungkas Muhammad Joko.