Kalsel

Antara Bandara, Tol, dan Kereta Api di HST, Mana yang Lebih Prioritas?

apahabar.com, BARABAI – Komisi III DPRD Hulu Sungai Tengah (HST) mengapresiasi usulan pembangunan bandar udara atau…

Featured-Image
Ilustrasi jalan bebas hambatan. Foto- istimewa

bakabar.com, BARABAI – Komisi III DPRD Hulu Sungai Tengah (HST) mengapresiasi usulan pembangunan bandar udara atau bandara oleh Rifqinizamy Karsayuda, anggota DPR RI asal Kalimantan Selatan (Kalsel).

“Pastinya bangga kalau HST punya bandara. Kita juga apresiasi untuk Komisi V DPR RI terutama Rifqi yang memikirkan Banua,” kata Sekretaris Komisi III DPRD HST fraksi PDIP, Hermansyah kepada bakabar.com.

Namun bila memilih, Hermansyah cenderung untuk memaksimalkan transportasi darat. Sebabnya, jika transportasi darat dibenahi, maksimal perjalanan menuju Bandara Syamsudin Noor tidak terhambat.

Dihitung-hitung, jarak antara Barabai ke Banjarbaru ada sekitar 140 km. Kecepatan standar untuk jalan tol bebas hambatan adalah 80 km per jam dan maksimal 100 km/jam. Jika demikian, maka jarak tempuh HST-Banjarbaru hanya memakan waktu sekitar 2 jam.

“Sekarang kan waktu tempuh tidak menentu karena kondisi jalan kita yang sudah dipenuhi kendaraan maupun angkutan. Jika kereta api atau jalan tol ada dan maksimal, jarak tempuh Barabai-Banjarbaru tidak memakan waktu yang lama,” ujar wakil rakyat dua periode ini.

Soal transportasi darat, Dirjen Perkeretaapian, kata dia, pernah mensosialisasikan pembangunan kereta api. Beberapa kali pertemuan dengan warga desa HST yang lahannya terkena jalur transportasi itu sempat digelar.

img

Ilustrasi kereta api. Foto- istimewa

Adapun jalur untuk HST yang sudah disurvei dan dipatok, yakni di Kecamatan Labuam Amas, Pandawan hingga Batara, dilanjutkan sampai ke Tabalong untuk tahap pertama pembangunan. Sosialisasi itu dilakukan pada 2014 di Angkinang, Kandangan HSS.

“Tiga tahun lebih kita suarakan. Kemudian 2016 kita pertanyakan dan usulkan kembali. Jawaban kementerian (perhubungan) waktu itu terkait dengan anggaran. Karena investasi yang disiapkan luar biasa besar. Alasan lainnya, pembangunan sarana dan prasarananya tidak bisa setengah-setengah, harus tuntas,” cerita Hermansyah saat didampingi Wakil Ketua DPRD HST, Taufik.

Terkait usulan itu, Hermansyah mengakui kapasitas pihaknya terlalu kecil selaku kabupaten. Idealnya pemerintah provinsi yang mengoordinasikan dengan semua kabupaten yang terkena jalur pembangunan itu.

Jika memang pemerintah pusat maupun provinsi, lanjut Hermansyah, ingin bantuan kabupaten untuk memfasilitasi terkait pembangunan, kemungkinan besar pihaknya siap.

“Kalau dibahasakan, gotong royong lah. Misalnya pembebasan lahan, per kabupaten bisa memfasilitasi,” tegas Hermansyah.

Soal pembangunan jalur kereta api, secara tahapan tampak mulai terlihat. Mulai dari survei, analisis dampak lingkungan (amdal), pematokan lahan hingga Gubernur Kalsel disebut sudah mengirimkan surat ke Dirjen Perkeretaapian dan Kementerian Perhubungan.

Namun, terang Hermansyah, fakta di lapangan menunjukkan hal berbeda. “Mereka mengatakan di 2018 akan dilaksanakan pembebasan lahan. Hingga kini belum juga ada,” ketus Hermansyah.

Sebelumnya, banyak pihak mendukung rencana pembangunan bandara di Banua Anam, tepatnya di Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST).

Setelah anggota Rifqi, dukungan mengalir dari Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Habib Abdurrahman Bahasyim.

"Ya untuk percepatan pembangunan tentunya mendukung," jelas Abdurrahman akrab disapa Habib Banua kepada bakabar.com, belum lama ini.

Pembangunan bandara di Banua Anam dianggap sebagai salah satu langkah strategis. Termasuk, memacu pembangunan ekosistem pariwisata di Banua Anam, meliputi HST, Hulu Sungai Selatan, Tapin, Tabalong, Balangan, dan Hulu Sungai Utara.

img

Ilustrasi bandar udara. Foto- istimewa

Jika menggunakan perjalanan darat, letak HST dengan Penajam Paser Utara (PPU), calon ibu kota negara sekira enam jam.

Sementara, jarak tempuh dari HST ke Banjarmasin kurang lebih 165 kilometer, atau sekira empat jam.

Ide membangun bandara ini sudah disampaikan Rifqy ke Kemenhub Namun begitu, rencana ini dinilai oleh Ekonom Kalsel, Ahmad Murjani terlalu prematur. Butuh kajian mendalam dari sisi geografis, rasio penduduk, sosial-budaya, ekonomi, dan stabilitas keamanan.

Terlebih, di Banua Anam sudah memiliki sebuah bandara di wilayah Tanjung Warukin, Kabupaten Tabalong. Meski, bandara itu baru dioptimalkan untuk kepentingan PT Pertamina (Persero).

Baik bandara di HST dan Warukin, Habib Banua menilai, sama-sama memiliki potensi. Keduanya bisa menjadi opsi untuk masyarakat Banua yang ingin bepergian ke Penajam atau ke Banjarmasin.

"Intinya dua-duanya baik, cuma saya lihat urgensinya adalah mengembangkan Bandara Warukin," tutur Senator yang memiliki 35 ribu suara di HST saat Pemilihan Legislatif 2019 lalu.

Sebagai aset dari Pertamina, Warukin hanya melayani pesawat carter Pelita Air rute Halim Perdanakusuma-Warukin, dua kali dalam sepekan. Dalam sekali penerbangan pesawat tersebut hanya mampu mengangkut 25-30 penumpang saja.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Perhubungan (DLHP) Kabupaten HST, M Yani mengatakan pada 2000 silam pemerintah pusat sebenarnya telah mengirim sinyal untuk membangun Bandara di HST.

"Waktu itu Marzuki Usman masih menjabat Menteri Pariwisata dan pernah berkunjung ke Juhu (kawasan Meratus) di HST. Kata beliau, HST ini layak untuk bandara internasional. Hingga jabatan terakhir sebagai Menteri Kehutanan, beliau terus komunikasi dengan kita terkait potensi-potensi wisata dan perkebunan di HST," cerita Yani saat dihubungi apahabar.

Di HST, kata dia, lokasi paling cocok untuk dibangun bandara adalah di daerah rawa. "Di Kecamatan Pandawan, Labuan Amas kan daerah rawa. Seperti di Sungai Buluh bisa untuk Bandara," kata Yani.

Pembangunan bandara di HST, lanjut Yani, berdampak baik untuk peningkatan ekonomi seperti jasa perdagangan. "Sebagai pusat transit ekonomi Banua, pembangunan bandara di HST bisa memberikan dampak positif. Saat ini hanya ada di Banjarmasin. Kalau di ada di Barabai itu memudahkan provinsi dan kabupaten tetangga seperti Tamiyang, Ampah, Buntok yang di Kalteng bisa terlayani. Juga jalurnya tidak memakan waktu panjang," kata dia.

Karenanya, pihaknya siap untuk melakukan kajian sebelum pembangunan bandara.

"Kalau di-suport dana pusat tentunya kita sangat prospek, walau tak sebesar Syamsudin Noor. Tentunya hal itu sangat diperlukan di sini," ujar Kepala Bapalitbangda HST, Ahmad Syahriani Effendi dihubungi secara terpisah, sore tadi.

Baca Juga:Torehan Sejarah (1): Kalsel Pertama Kali Miliki Rel Kereta Api di Indonesia?

Baca Juga:Torehan Sejarah (2); Kereta Api di Kalsel Dimiliki Perusahaan Tambang

Reporter: HN LazuardiEditor: Fariz Fadhillah



Komentar
Banner
Banner