bakabar com, PELAIHARI - Berbagai upaya Pemerintah Kabupaten Tanah Laut (Pemkab Tala) untuk menekan laju inflasi. Salah satunya fokus dalam penguatan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID).
Dalam Rapat teknis Tim Pengendalian Inflasi Daerah Tala yang berlangsung di Ruang kerja Sekretaris Daerah (Sekda) menghadirkan sebuah temuan terkait dinamika inflasi daerah.
Pj Bupati Tala Ir H Syamsir Rahman yang ketua harian TPID diwakilkan Plt Kepala Bagian Perekonomian dan Pembangunan, Andi Mashabi memimpin diskusi guna menelusuri penyebab, strategi dan tren pengendalian inflasi terutama menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Pada Oktober 2024, Tanah Laut mencatat deflasi sebesar 0,37 persen, setelah mengalami inflasi 2,04 persen pada September.
Sementara Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat 104,82 persen. Namun, inflasi tahunan bulan Oktober tetap di angka 1,15 persen dengan inflasi kumulatif di awal tahun mencapai 0,78 persen.
Kelompok makanan, minuman dan tembakau menjadi penyumbang Utama deflasi di bulan Oktober dengan 0,33 persen. Komoditas seperti cabai rawit, kacang Panjang, ikan papuyu terong dan kangkung alami penurunan harga terbesar.
Dalam hitungan tahunan kelompok tersebut menyumbangkan 0,70 persen inflasi akibat kenaikan harga harga daging ayam ras, ikan gabus, udang basah, minyak goreng dan sigaret kretek mesin (SKM).
Neraca Pangan Strategis (NPS), Kabupaten Tanah Laut hingga ketiga November, stok sebelas bahan pokok aman hingga akhir Desember.
Kendati demikian, estimasi kenaikan permintaan sebesar 10 persen di periode hari besar keagamaan nasional (HBKN) yang diprediksi akan mempengaruhi Harga, terutama komoditas cabai merah besar, cabai rawit dan bawang merah.
"Ketergantungan pasokan dari luar Kalimantan, seperti bawang merah dari Probolinggo serta kondisi panen yang kurang optimal akibat musim hujan yang menjadi tantangan Utama," ujar Andi.
Menurut dia Empat komoditas yakni, bawang merah/putih, cabai merah dan cabai rawit memiliki Harga diatas rata-rata Provinsi Kalsel. Bahkan Harga bawang merah dan cabai rawit melampaui rata-rata nasional.
Makanya dalam situasi ini menuntut langkah konkret distribusi yang lebih efekstif. Adapun salah satu strategi tersebut diusulkan terkait pendoistribusian bawang merah secara langsung ke pedagang retail, bukan hanya melalui pasar murah.
Pasar murah sendiri selama tahun 2024 telah dilaksanakan 74 kali dari target 83 kali di berbagai desa. Sembilan pasar murah tambahan sudah direncanakan hingga akhir tahun guna menekan Harga ditingkat konsumen.
Dengan inflasi Tala yang pada umumnya lebih rendah dibanding Kalsel dan nasional, kecuali pada Januari dan September 2024, Langkah tersebut menjadi salah satu strategi Utama untuk mempertahankan stabilitas Harga.
"Kerjasama lintas sektor dapat menjadi kunci dalam menjaga stabilitas Harga dan stok menjelang HBKN
,"katanya. Lapsus