bakabar.com, BANJARMASIN – Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Banjarmasin terancam tak bisa memproduksi darah.
Sebabnya, lima rumah sakit (RS) di Banjarmasin sudah tiga bulan menunggak biaya penggunaan darah.
Sesuai kesepakatan yang dibuat, RS mestinya mengembalikan biaya penggunaan darah umumnya mencapai Rp1 miliar/bulan.
"Lumayan banyak. Kalau total seluruh RS yang menunggak selama 2-3 bulan ini nilainya Rp3 miliar," ujar Kepala Unit Donor Darah (UDD) PMI Banjarmasin, dr Aulia Ramadhan Supit kepada bakabar.com.
Karena tunggakan itu, PM menjadi kesulitan menyediakan bahan baku, kantong darah, dan peralatan untuk memproduksi darah.
Lantas berapa banyak RS umumnya meminta stok darah kepada PMI setiap bulannya?
Rama tidak menjawabnya detail. Termasuk nama-nama lima rumah sakit yang menunggak. Yang pasti, informasi yang dihimpun media ini, diduga salah satu di antaranya berstatus milik pemerintah daerah. Bahkan rumah sakit daerah itu menunggak hingga sekitar Rp1 miliar/bulan. Ditanya hal demikian, Rama bergeming.
Dengan biaya pengganti kantong darah Rp360 ribu/kantong, Rama hanya bilang jumlah tunggakan pihak rumah sakit per bulannya bervariasi. Mulai Rp300 juta sampai Rp1 miliar rupiah.
Untuk meringankan beban tunggakan, Rama memastikan RS bisa membayar minimal satu bulan dulu.
"Satu bulan sekitar Rp1 miliar. Nyata biar bisa bekerja kita," ucapnya.
PMI, kata dia, memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan produksi darah kepada supplier kantung darah. Termasuk kantong darah untuk reagen pemeriksaan penyakit menular.
Mantan anggota DPRD Banjarmasin itu bilang setiap tahunnya kebutuhan darah semakin meningkat selaras dengan pertumbuhan jumlah rumah sakit. Sementara, upaya yang menyurati pihak rumah sakit agar segera membayar tunggakan hingga kini belum membuahkan hasil.
"Ya bagaimana? Sedangkan kami tidak ada bantuan dari pihak mana pun, kecuali mengandalkan dana yang dikembalikan tersebut," pungkasnya.