bakabar.com, JAKARTA - Bulan Rajab menjadi waktu yang sangat istimewa, sebab bulan ini juga menempatkan spiritualitas umat muslim dalam fokus, dan puncaknya pada bulan Ramadan yang penuh berkah.
Tak hanya itu, Bulan Rajab juga merupakan bulan di mana Nabi Muhammad untuk pertama kalinya menempuh perjalanan ke Yerusalem dan naik ke langit ke tujuh untuk mendapatkan perintah salat lima waktu.
Dilansir dari About Islam (18/2) berikut ini empat hikmah yang bisa kita pelajari dari perjalanan malam Nabi Muhammad SAW:
Dengarkan dan Patuhi
Ketika Allah memberikan perintah sholat 50 waktu kepada Nabi Muhammad, dia tidak meminta kurang. Dia menerima perintah Allah. Dia mendengarkan dan dia menaati, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al Baqarah ayat 285.
“Rasul telah beriman kepada Alquran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat". (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali".
Nabi Muhammad adalah teladan bagi umatnya. Sehingga apapun yang Allah perintahkan, melakukan atau tidak melakukan, kita harus mendengarkan dan mentaatinya.
Menerima Nasihat
Nabi Muhammad SAW juga sosok yang terbuka dalam menerima nasihat saudaranya. Ketika Nabi Musa mengungkapkan umatnya tidak akan mampu melaksanakan sholat sebanyak 50 waktu, Nabi Muhammad lantas kembali menghadap Allah untuk meminta mengurangi jumlah sholat. Ini menunjukkan Nabi Muhammad SAW terbuka menerima nasihat Nabi Musa yang tulus dan penuh harapan.
Menunjukkan Perhatian
Mengikuti nasihat Nabi Musa untuk kembali kepada Allah untuk meminta pengurangan sholat juga menunjukkan kesungguhan cinta dan kepedulian Nabi Muhammad kepada umatnya. Padahal Nabi bisa saja melakukan salat lima puluh waktu setiap hari. Tapi beliau memikirkan umatnya.
Merasa Malu di Hadapan Allah SWT
Dan akhirnya, Nabi Muhammad tetaplah seorang manusia. Nabi merasa malu untuk bolak-balik menemui Allah untuk meminta keringanan jumlah sholat. Sebagai umatnya, kita perlu belajar dari baginda Nabi.
Adakah saat-saat kita merasa sungkan atau malu di hadapan Allah? Apakah kita merasa malu karena melewatkan salat?
Nabi Muhammad mengutamakan Allah. Hubungannya dengan Allah adalah yang paling penting. Dia mengikuti nasihat Nabi Musa. Dia peduli dengan umatnya tapi dia tidak bisa mengabaikan rasa malu di depan Tuhannya.