bakabar.com, BARABAI – RI, bocah 9 tahun masih trauma usai menyaksikan langsung dua saudara tirinya ‘dipocong’ hidup-hidup oleh ibunya sendiri, Sutarti (27). Bahkan RI nyaris ikut menjadi korban.
“Si anak masih tidak mau bicara,” kata Kepala Bidang Perlindungan Perempuan dan Anak (Kabid PPA) Dinas Sosial HST kepada bakabar.com, Rabu (2/12).
RI menjadi saksi kunci atas atas kematian MNH (6) dan SNH (3). Kedua bocah tersebut diduga kuat dibunuh oleh Sutarti dengan cara dibungkus dengan kain lalu dibekap hingga kehabisan oksigen.
Sebagai pengingat, kejadian memilukan tersebut berlangsung di rumah Sutarti di Desa Pagat RT 8, Rabu (25/11) pagi.
Sampai sekarang motif pembunuhan masih misteri. Sutarti terus menjalani pemeriksaan kejiwaan di RS Kandangan.
Tak hanya RI yang menjadi saksi kunci. Kakaknya yang berinisial AN (15) juga menjadi saksi kunci.
AN dan RI anak dari istri mendiang Ipin (52) yang lain. Pria yang dikenal sebagai penanambaan itu meninggal belum lama tadi.
AN dan RI mendapati dua adik tirinya, MNH dan SNH sudah tak bernyawa di kamar rumah ibu kandungnya sendiri.
Diduga dua bocah itu meninggal di tangan Sutarti yang depresi pasca-ditinggal meninggal sang suami.
Bahkan RI sempat melihat sendiri dengan mata kepalanya. Dia juga hampir menjadi korban.
Beruntung dia berhasil lolos. RI lari meninggalkan rumah tanpa memakai pakaian seperti kedua adik tirinya yang ditemukan warga meninggal tanpa pakaian dengan posisi telentang.
Lantas bagaimana kondisi kakak beradik sepekan pasca-kejadian itu?
Farida telah mengambil langkah sesuai prosedur dan administrasi. Salah satunya untuk melakukan observasi awal.
Dibeberkan Farida, kondisi keduanya hingga saat ini masih trauma.
Dinas Sosial, khususnya bidang PPA, kata Farida secara prosedur telah meminta pihak RSUD untuk melakukan konseling.
Pihaknya meminta ahli kejiwaan dan psikolog untuk melakukan ‘trauma healing’.
Suami Penanambaan, Ibu Terduga Pembunuh 2 Anak di Benawa HST Pernah Kuliah
Dijadwalkan kedua anak tadi akan menjalani observasi awal. Pertemuan awal ini dijadwalkan besok, 3 Desember 2020.
“Dari observasi awal kondisi si anak, baru bisa ditentukan berapa kali pertemuan dan itu baru akan dijadwalkan. Itu psikolog dan kejiwaan nanti yang mengatur,” terang Farida.
Farida berharap, semua pihak bisa melindungi saksi anak itu. Terutama terhadap hak-hak anak.
Mengingat saksi itu masih di bawah umur, agar tidak menimbulkan dampak trauma terhadap anak, semua pihak harus melindungi privasinya.
“Hal ini sudah diatur dalam Undang-Undang Perlindungan Anak,” tutup Farida.
Privasi dimaksud adalah warga tidak menyebarkan foto-foto RI di media sosial.
Terus Meranyau
Hari kelima pasca-kematian dua anak kandungnya, MNH (6) dan SNH (4), Sutarti masih terus meranyau.
“Kondisinya masih sama, masih meracau (mengoceh tak jelas-red)," kata Kasat Reskrim, AKP Dany Sulistiono ditemui bakabar.com di Mapolres HST, Senin (30/11).
Sampai sekarang polisi belum juga menerima hasil visum. Pun dengan hasil kejiwaan sang ibu kandung, Sutarti.
Hasil visum masih dirampungkan pihak RSUD H Damanhuri Barabai.
Sementara observasi Sutarti di Poli Kejiwaan RS Kandangan, Hulu Sungai Selatan (HSS).
"Hasil visum belum keluar. Kejiwaan (Sutarti) juga belum ada hasil perkembangan atau perubahan yang signifikan,” ujar Dany.
Sesuai Standar…
Baca selengkapnya di halaman selanjutnya:
Sesuai standar operasional prosedur rumah sakit, kata Dany, minimal observasi kejiwaan Sutarti 14 hari.
Jika masih tidak ada perkembangan yang signifikan, waktu observasi bisa saja ditambah.
Sebagai pengingat, warga di Batu Benawa HST digegerkan dengan kematian dua anak kandung Sutarti.
Anak laki-laki dan perempuannya ditemukan tak bernyawa di dalam kamar rumahnya di Desa Pagat RT 8, Rabu (25/11).
Ironisnya, mereka ditemukan terlentang dalam keadaan tanpa busana bersama dengan sang ibu yang juga tak memakai pakaian.
Warga menduga Sutarti yang menghabisi nyawa kedua anaknya.
Diduga, dia nekat membunuh anaknya itu lantaran depresi karena terlilit berbagai masalah pasca-ditinggal meninggal sang suami yang belum genap 40 hari.
Dugaan warga diperkuat dengan kondisi Sutarti. Saat ditemukan dia mengoceh tak jelas.
Pun demikian saat warga menanyakan keberadaan sang anak.
Saat itu warga merasa curiga. Sang anak yang biasanya bermain di luar rumah setengah hari tidak ada terlihat keluar.
Apalagi ketika ada warga yang melintas. Terdengar bunyi gaduh di dalam rumah pada hari kejadian sekitar pukul 14.00.
Alhasil warga sekitar pun berdatangan melihat kondisi, apa yang sebenarnya terjadi.
“Setiap kali warga bertanya, ke mana anak? Jawabnya: selalu sudah kubunuh,” kata Wati menirukan jawaban Sutarti.
Salah satu warga akhirnya melihat melalui sebuah jendela. Di sanalah warga melihat dua anak kandungnya terkapar tanpa busana.
Sutarti saat akan diamankan polisi pun masih mengoceh tak jelas, dia berteriak-teriak.
Polisi pun sampai kewalahan untuk mengamankan Sutarti.
Kala itu rumahnya terkunci rapat. Sehingga warga dan anggota kepolisian harus merusak pintu rumahnya.
Sebelum polisi berhasil mengikat kedua tangan dan kakinya hingga bisa diamankan, Sutarti sempat berteriak mengusir warga yang memenuhi pekarangan rumahnya.
Warga tak menduga akan terjadi peristiwa seperti itu. Pasalnya, sehari sebelum kejadian itu keluarga kecil ini masih tampak biasa-biasa saja.
“Sutarti terlihat masih jalan-jalan dengan anak-anaknya,” ungkap Wati.
Pernyataan ini diperkuat oleh adik ipar Sutarti atau adik mendiang suaminya yakni, Ipul.
Rumah adik ipar ini tak jauh dari kediaman Sutarti. Antara rumah Sutarti dengan adik iparnya ini berbeda desa. Sutarti di Pagat sementara Ipul di Aluan Mati RT 5.
“Hari sebelum kejadian itu, dia beli air galon ke tempat saya dengan anak-anaknya,” ujar Ipul.
Dia tak merasa ada hal aneh terhadap Sutarti kala itu.
“Baik-baik saja tampak seperti orang biasa, tidak ada apa-apa. Normal saja,” terang Ipul.
=================================
Ikuti berita-berita menarik seputar Banua di situs bakabar.com. Bisa juga dengan mengetuk suka di halaman Facebook bakabar.com:https://www.facebook.com/apahabarcom
Benarkah Depresi? Ibu Terduga Pembunuh Anak Kandung di Batu Benawa HST di Mata Warga