Hot Borneo

Yang Perlu Diperhatikan Setelah Banjir Hantakan Renggut Nyawa Balita

apahabar.com, BARABAI – Banjir kawasan Hantakan yang merenggut nyawa Baihaki, 2 tahun, mengundang keprihatinan mantan Wakil…

Petugas BPBD HST saat memantau kondisi pasang-surut air di wilayah Batu Benawa. Foto: Dok. BPBD HST

apahabar.com, BARABAI – Banjir kawasan Hantakan yang merenggut nyawa Baihaki, 2 tahun, mengundang keprihatinan mantan Wakil Bupati Hulu Sungai Tengah (HST), Berry Nahdian Forqan.

“Saya turut prihatin dan belasungkawa atas korban dan warga yang tertimpa bencana. Turut mendoakan semoga semuanya dapat segera dipulihkan,” ujar Berry kepada apahabar.com, Kamis (18/8) malam.

Agar peristiwa Hantakan tak berulang, mantan direktur Walhi Nasional ini merekomendasi sederet hal.

“Pemkab mesti lebih serius dalam melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan bencana. Ini bisa tercermin di antaranya dengan alokasi anggaran yang cukup dan memadai untuk itu,” ujarnya.

“Buat skala prioritas APBD ke depan untuk pencegahan dan penanganan bencana banjir,” sambung penggagas Jaringan Advokasi Tambang atau Jatam Kalsel ini.

Berry kemudian mendorong Pemkab segera merencanakan relokasi terhadap warga di kampung-kampung hulu Pegunungan Meratus yang sering terdampak banjir bandang.

“Sebaiknya direlokasi untuk menghindari korban dan kerugian akibat bencana banjir tersebut,” ujarnya.

Selanjutnya, memperkuat manajemen penanggulangan dan penanganan bencana antara lain mengoptimalkan early warning system atau sistem peringatan dini.

“Dan mengintegrasikannya ke dalam tatanan sosial masyarakat sampai terbangun warga yang sadar bencana dengan ditopang oleh manajemen dan infrastruktur kebencanaan yang baik dari pemerintah,” jelasnya.

Banjir Hantakan HST Rengut Nyawa Balita, Lebih Lima Desa Terendam

Sepanjang 2021, Bumi Murakata sebutan Kabupaten HST, sudah 5 kali dilanda banjir. Medio Januari lalu, roda pemerintahan HST sampai ‘lumpuh’ berhari-hari.

Banjir juga menimbulkan dampak yang luar biasa bagi HST. Sarana dan prasarana, seperti jalan, jembatan bahkan bangunan rusak-rusak.

Tak terkecuali sungai-sungai yang makin dangkal dan tebing-tebing di Pegunungan Meratus yang longsor berkali-kali.

Hal lainnya, menurut Berry yang tak kalah penting adalah melakukan upaya rehabilitasi kawasan dan normalisasi sungai-sungai. “Ini tentu mesti digarap,” pungkasnya.

Berry melihat kondisi tutupan hutan di hulu sepanjang sungai-sungai yang melewati dan menuju Barabai sebagian besar sudah gundul diduga akibat akumulasi berbagai aktivitas logging maupun pembukaan lahan di daerah yang punya kemiringan curam.

Karena itu, Berry berharap pemerintah segera melakukan dan menyelesaikan sodetan sungai yang sudah dikerjakan dan melakukan normalisasi-pengerukan sungai.

Tak hanya hulu, Berry juga menyoroti bagian hilirnya. Dia menilai rawa sebagai resapan air telah mengalami perubahan fungsi.

"Hal ini menjadikan rawa tidak mampu lagi menampung dan menyerap air," terang Berry.

Tak hanya soal hulu dan hilir, kata Berry, mitigasi juga perlu dilakukan dalam tata kota di HST. Terutama desain pembangunan kota dan kawasan resapan air.

“Sudah saatnya warga membangun pengetahuan dan kesadaran manajemen pengelolaan bencana di samping pemerintah daerah mesti punya early warning system dan manajemen penanggulangan yang terpadu dan terintegrasi dengan masyarakat,” ujarnya