Webinar Literasi Digital di SMAN 5 Prabumulih: Jadi Pengguna Media Sosial yang Bijak, Kreatif dan Inovatif

Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia berkolaborasi dengan SMAN 5 Prabumulih melaksanakan webinar literasi digital Sektor Pendidikan.

Webinar Literasi Digital di Prabumulih

apahabar, JAKARTA -- Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia berkolaborasi dengan SMAN 5 Prabumulih melaksanakan webinar literasi digital Sektor Pendidikan. Kegiatan yang mengusung tema “Menjadi Pengguna Media Sosial Yang Bijak, Kreatif dan Inovatif” telah dilaksanakan pada Jumat (31/3) pukul 14.00-16.00 WIB, berlokasi di SMAN 5 Prabumulih, Kota Prabumulih, Provinsi Sumatera Selatan.

Kegiatan yang diinisiasi dan diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia ini bertujuan mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif sehingga dapat meningkatkan kemampuan kognitifnya untuk mengidentifikasi hoaks serta mencegah terpapar berbagai dampak negatif penggunaan internet.

Baca Juga: Literasi Digital di SMAN 7 Prabumulih Ajarkan Tantangan Hoaks di Dunia Pendidikan

Pengguna internet di Indonesia pada awal Tahun 2022 mencapai 204,7 juta orang atau meningkat 2,1 juta dari tahun sebelumnya. Namun, penggunaan internet tersebut membawa berbagai risiko, karena itu peningkatan penggunaan teknologi internet perlu diimbangi dengan kemampuan literasi digital yang baik agar masyarakat dapat memanfaatkan teknologi digital dengan bijak dan tepat.

Webinar Literasi Digital di Prabumulih

Survei Indeks Literasi Digital Nasional yang dilakukan oleh Kementrian Komunikasi dan Informatika bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi dan Katadata Insight Center pada tahun 2021 menunjukkan skor atau tingkat literasi digital masyarakat Indonesia berada pada angka 3,49 dari 5,00.

Kemudian pada tahun 2022, hasil survei Indeks Literasi Digital Nasional mengalami kenaikan dari 3,49 poin menjadi 3,54 poin dari skala 5,00. Hasil ini dianggap menunjukkan bahwa literasi digital masyarakat Indonesia saat ini berada di kategori sedang dibandingkan dengan tahun lalu.

Direktur Jenderal Aplikasi Informatika, Kementrian Komunikasi dan Informatika Semuel Abrijani Pangerapan menilai indeks literasi digital Indonesia belum mencapai kategori baik.

“Angka ini perlu terus kita tingkatkan dan menjadi tugas kita bersama untuk membekali masyarakat kita dengan kemampuan literasi digital,” katanya lewat diskusi virtual. Dalam konteks inilah webinar literasi digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia menjadi agenda yang amat strategis dan krusial, dalam membekali seluruh masyarakat Indonesia beraktifitas di ranah digital.

Baca Juga: Webinar di SMPN 8 Prabumulih, Bikin Tugas jadi Mudah Bila Cakap Digital

Pada webinar yang menyasar target segmen pelajar SMA ini, sukses dihadiri oleh sekitar 200 peserta daring, dan juga dihadiri beberapa narasumber yang berkompeten dalam bidangnya.

Kegiatan tersebut diawali dengan sambutan dari Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Semuel Abrijani Pangerapan, dihadiri narasumber Dr. Meithiana Indrasari, ST., MM (Ketua STIKOSA AWS), narasumber Mardiono, S.T., M.Kom (Kepala SMA Negeri 5 Prabumulih), kemudian Adin Lubis (Writer and Content Creator) bertindak sebagai Key Opinion Leader (KOL), serta Siti Kusherkatun, S.Pd.I (Asih) sebagai juru bahasa isyarat dan dipandu oleh moderator Sonaria. Para narasumber tersebut memperbincangkan tentang 4 pilar literasi digital, yakni Digital Culture, Digital Ethic, Digital Safety dan Digital Skill.

Webinar Literasi Digital di Prabumulih

Pada sesi pertama, narasumber Dr. Meithiana Indrasari, ST., MM menyampaikan bahwa sebagai pilar dalam indeks informasi dan literasi data, masyarakat Indonesia dipandang perlu dalam mengakses, mencari, menyaring, dan memanfaatkan setiap data dan informasi yang diterima dan didistribusikan dari dan ke berbagai platform digital yang dimilikinya dengan positif dan produktif.

Individu yang cakap bermedia digital dinilai mampu mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras dan lunak dalam lanskap digital, mesin pencarian informasi, aplikasi percakapan dan media sosial, serta aplikasi dompet digital, lokapasar, dan transaksi digital.

“Pengetahuan dasar perangkat lunak yaitu memahami mesin pencari, mesin pencari (search engine) merupakan sebuah website yang mengumpulkan konten dari seluruh bagian internet untuk dapat ditelusuri penggunaannya, cara menggunakannya yaitu dengan memasukkan hal yang ingin dicari, kemudian mesin pencari akan memberikan kita link konten yang sesuai dengan yang dicari, mesin pencari dapat digunakan untuk akademik, kata kunci efektif, gangguan informasi, dan fitur cek fakta,” kata Meithiana.

Selanjutnya diperlukan pengetahuan mengenai aplikasi percakapan dan media sosial, pengguna dapat mengatur setelan dasar aplikasi dan media sosial, pengguna dapat memanfaatkan simbol(emoji) dalam aplikasi percakapan agar bisa merasakan nilai rasa menjadi dekat, lawan kabar bohong melalui aplikasi percakapan dan media sosial, tidak terlibat dalam hal-hal negatif, karena terdapat hukuman UU ITE.

Baca Juga: Ratusan Siswa SD Prabumulih Ikuti Webinar 'Literasi Digital Sejak Dini'

Pengguna perlu memproduksi sebuah konten di media soial, seperti mempromosikan, membuat personal branding dan memanfaatkan dengan hal baik. Kemudian perlunya pengetahuan dasar mengenai dompet digital, lokapasar, dan transaksi.

“Dompet elektronik memungkinkan para pengguna untuk melakukan transaksi jual-beli elektronik secara cepat dan aman, lokapasar merupakan situs online tempat jual beli produk dan/atau jasa dari berbagai macam merk dari penjual kepada pembeli. Fitur platform belanja online berlomba-lomba untuk memperbaiki sistemnya agar pengguna bisa bertransaksi digital dengan aman dan nyaman.,” ujar Meithiana.

Webinar Literasi Digital di Prabumulih

Giliran narasumber kedua, Mardiono, S.T., M.Kom memberikan pemaparan bahwa terdapat tiga prinsip dalam mengunggah konten di media sosial, yaitu tidak merugikan diri sendiri, tidak merugikan institusi atau almameter, dan tidak melanggar hukum. Konten media yang produktif memiliki ciri-ciri kreatif, bermanfaat, inpiratif, pesan damai, dan pesan syukur.

Sedangkan konten yang tidak produktif berisi tidak bermanfaat, membosankan, mengandung pesan kebencian, dan pesan kurang bersyukur. Terdapat tips dalam penggunaan media sosial yaitu filter petemanan anda, pasang identitas asli namun tidak bersifat pribadi, tidak perlu berbagi nomor telepon dan informasi pribadi lainnya, pasang foto profil yang sewajarnya, berpikir dahulu sebelum membuat status, dan mematikan akun memiliki proteksi yang baik.

Sosial media perlu dimanfaatkan dengan cara menjunjung tinggi etika dalam berkomunikasi, selektif dalam menyebarkan informasi, tidak menyebarkan rahasia pribadi ke ranah publik, bijak dalam mengatur waktu online, jangan lupakan hak cipta, dan berhati-hati menyebarkan data pribadi.

“Banyak remaja yang tidak tahu menahu tentang adanya regulasi yang dikeluarkan pemerintah dalam menanggulangi hal-hal tersebut, yaitu Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 juncto Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (Undang-Undang ITE), yang mengatur mengenai segala hal yang berkaitan dengan kejahatan dalam dunia maya. Kesalahan yang dianggap sepele dan dilakukan oleh remaja yang tidak tahu akan akibatnya dapat berujung di dalam penjara,” kata Mardiono.

Selanjutnya, giliran Key Opinion Leader Adin Lubis yang menyampaikan bahwa perlu memanfaatkan dunia digital dengan baik, karena banyak manfaat yang didapat, dapat mendapatkan banyak sumber informasi yang dapat menambah pengetahuan.

“Coba usahakan ketika pakai sosial media untuk produktif, jangan hanya menjadi konsumsi atau followers tetapi juga bisa menjadi center. Follow konten yang bersifat mengedukasi, kita juga harus memanfaatkan media sosial dengan baik dan bijak, harus pintar memfilter berita dan informasi yang kita dapat,” kata Adin.

Para peserta mengikuti dengan antusias seluruh materi yang disampaikan dalam webinar, terlihat dari banyaknya tanggapan dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada para narasumber. Kemudian moderator memilih tiga penanya untuk bertanya secara langsung dan berhak mendapatkan e-money.

Pertanyaan pertama dari Kartika yang mengajukan pertanyaan Bagaimana cara kita dalam menghadapi transformasi digital mengedukasi generasi millenial yang sudah pandai menggunakan gawai agar lebih berpikir kritis, produktif kreatif? Kemudian narasumber Dr. Meithiana Indrasari, ST., MM menanggapi bahwa Banyak hal yang bisa kita dapatkan dan terhindar dari potensi kejahatan digital dengan meningkatkan kecakapan digital kita dengan mengikuti forum-forum literasi digital. Mempelajari skill dengan melihat tutorial video di media digital.

Pertanyaan kedua dari M. Abi Rizky yang mengajukan pertanyaan Bagaimana upaya dan tindakan yang dapat kita lakukan untuk menghindari berbagai konten negatif tersebut khususnya didunia maya yang saat ini sedang marak terjadi? Kemudian narasumber Mardiono., S.T., M.Kom menanggapi bahwa kita harus selektif dalam media sosial dengan menghindari konten negatif.

Webinar Literasi Digital di Prabumulih

Pertanyaan ketiga dari Yuril Dwipa Erlangga mengajukan pertanyaan Bagaimana cara kita bisa selaras dengan baik dalam berdigital atau bermedia sosial karena banyak fenomena yang ada di internet baik itu benar atau salah terkait sebuah informasi? Dan seperti apa menurut anda sendiri terkait sebuah postingan yang akan kita posting tetapi tetap menjaga atau menjunjung etika berdigital pada postingan yang kita buat?

Kemudian narasumber Dr. Meithiana Indrasari, ST., MM menanggapi bahwa Kita harus tahu bahwa kita adalah warga indonesia dan beragama. Ketika kita sudah memanfaatkan media sosial kita harus membawa prinsip pancasila dan bhinneka tunggal ika. Kita harus banyak berliterasi dan cepat menanggapi apa yang kita dapatkan di media sosial. Jangan mudah memberikan postingan negatif.

Selanjutnya narasumber Mardiono., S.T., M.Kom juga menanggapi bahwa kalau agama kita kuat, hal-hal buruk dan hal negatif di media sosial dapat kita tangkal, jangan cepat menanggapi hal yang tidak jelas, kita baca dulu, kita cari informasi, lalu tentukan benar atau tidak, jangan kita mudah sekali membagikan informasi yang tidak jelas, seperti berbau sara, menghujat dan lain-lain.

Sesi tanya jawab selesai. Moderator kembali memanggil Adin Lubis selaku Key Opinion Leader (KOL) yang menyampaikan bahwa harus mencaritahu kebenaran suatu informasi, tidak langsung menyimpulkan karena bisa jadi informasi tersebut tidak benar, berpikir sebelum bertindak agar tidak meninggalkan jejak digital yang buruk.

“Jaman sekarang itu kalau berita sebenernya dari satu media ke media yang lain isinya semua sama, kaya saling copy aja, jadi kita harus pintar-pintar secara kritis membaca dan membandingkan antara satu media dengan media yang lain, ataupun sebelum kita mempercayai suatu informasi, ya kita harus benar-benar bandingkan, dan cari tahu ini sumbernya dari mana, jadi jangan asal terima aja, karena di sosial media karena semuanya serba instan, orang bereaksi juga dengan cepat, langsung ngetik-ngetik, nanti mungkin akan adanya penyesalan,” ujar Adin Lubis.

Webinar Literasi Digital di Prabumulih

Setelah berbincang-bincang dengan Key Opinion Leader Adin Lubis selesai, moderator mengumumkan tujuh pemenang lainnya yang bertanya di kolom chat dan berhasil mendapatkan voucher e-money sebesar Rp. 100.000. Moderator mengucapkan terima kasih kepada narasumber, Key Opinion Leader (KOL) dan seluruh peserta webinar. Pukul 16.00 WIB webinar literasi digital selesai, moderator menutup webinar dengan mengucapkan salam, terima kasih dan tagline Salam Literasi Indonesia Cakap Digital.

Kegiatan Literasi Digital Sektor Pendidikan di Provinsi Sumatera Selatan merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam program Indonesia Makin Cakap Digital yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia untuk memberikan literasi digital kepada 50 juta orang masyarakat Indonesia hingga tahun 2024.