kesehatan mental

Solastalgia, Kondisi Mental yang Berhubungan dengan Perubahan Iklim

Solastalgia merujuk pada kondisi mental yang terganggu disebabkan perubahan lingkungan. Salah satu dampak dari perubahan iklim di bumi.

Solastalgia, Sebuah Kondisi Mental yang Berhubungan Terhadap Perubahan Iklim di Bumi. Foto: Thinkstock

apahabar.com, JAKARTA - Solastalgia merujuk pada kondisi mental yang terganggu yang disebabkan perubahan lingkungan, salah satu dampak dari perubahan iklim di bumi.

Perubahan iklim dan lingkungan tidak hanya berpengaruh terhadap bumi, tapi juga manusia sebagai penghuninya. Banjir besar, angin topan, perusakan hutan turut berperan terhadap kondisi psikologis seseorang.

Perubahan besar dalam lingkungan dapat memperburuk suasana, serta kerinduan terhadap kondisi lingkungan di era terdahulu, yang membuat suatu istilah baru yang disebut solastalgia.

Melansir The Guardian, Senin (22/1), solastalgia menjadi satu kata yang diciptakan oleh filsuf asal Australia, Glenn Albrecht pada tahun 2003. Kata ini turut gabungan dari 'solace' yang berarti pelipur lara, dan nostalgia yang berarti mengenang masa lalu.

Sehingga istilah ini awalnya digunakan dalam mengutarakan perasaan yang merujuk pada kesulitan yang diakibatkan perubahan terhadap lingkungan.

Tak hanya digunakan dalam ranah akademisi, aktor kenamaan Leonardo DiCaprio turut menggunakan kata tersebut dalam pidatonya mengenai perubahan iklim di beberapa media.

Ilustrasi perubahan iklim. Foto: Sustination

Solastalgia mencakup berbagai tanda dan gejala yang sering kali menyertai suatu kondisi kesehatan mental lainnya. Sering kali, muncul berbeda pada setiap orang dan terjadi sebagai respon terhadap berbagai keadaan.

"Solastalgia menjadi satu artikulasi perasaan masyarakat, terutama pada bumi bagian selatan terhadap perubahan iklin dan kerusakan lingkungan," tutur Samrawit Gougsa, seorang peneliti Land Body Ecologies.

Solastalgia juga telah dirujuk oleh WHO sebagai pengakuan terhadap perubahan psikologis seseorang, dan istilah ini telah digunakan dalam dua dekade terakhir.

Albrecht turut menjelaskan bagaimana para penderita mengalami dislokasi dari lingkungan rumahnya, penderitaan yang tak hanya hancur karena lahan sekitar tapi berdampak pada kesehatan lainnya.

Tingkat keparahannya pun bervariasi, dengan gejala yang melemahkan, terus menerus, dan bertahan lama. Namun, beberapa mengalami gejala ringan dan hilang seiring berjalan waktu.

Gejala kesehatan mental turut serta dalam solastalgia ini seperti kecemasan, frustasi, depresi hingga ketidakberdayaan untuk menghentikan perusakan lingkungan di sekitar mereka.

Maka dari itu, gerakan ini dikampanyekan sebagai bentuk penyelamatan lingkungan dan mendorong pemerintahan setempat untuk membuat aturan khusus terhadap lingkungan.