Social Anxiety Disorder

Social Anxiety Disorder, Bukan Pemalu tapi Kesulitan Bergaul

Social Anxiety Disorder, lebih dikenal sosial phobia atau sebuah kecemasan dan ketakukan yang ekstrem untuk berkegiatan di lingkungan sosial.

Social Anxiety Disorder atau Social Phobia adalah Kecemasan Dalam Lingkungan Sosial. Foto: dok. drkmh.com

apahabar.com, JAKARTA - Social Anxiety Disorder, lebih dikenal sosial phobia atau sebuah kecemasan dan ketakukan yang ekstrem dalam melakukan kegiatan di lingkungan sosial.

Seseorang yang memiliki gangguan ini memiliki masalah untuk berbicara dan bertemu dengan orang lain. Biasanya selalu diselimuti rasa cemas tentang penilaian orang lain terhadap dirinya. 

Kecemasan sosial sangat berbeda dengan sifat pemalu. Seorang pemalu masih dapat bersosialisasi dalam kehidupannya tanpa mengganggu aktivitas harian. Tapi seseorang dengan kecemasan sosial akan merasa terbebani dan bisa berdampak pada keseharian mereka.

Dilansir dari Anxiety and Depression of Association of America (ADAA), ada sekitar 15 juta orang dewasa di Amerika memiliki gangguan kecemasan sosial dan mulai dialami sejak masa remaja.

Baca Juga: Kenali Hormon Bahagia dan Cara Aktivasinya, Demi Kesehatan Mental

Kenali Gejala Gangguan Kecemasan Sosial

Bagi seseorang dengan gejala ini, melakukan interaksi sodsial akan menyebabkan rasa mual, pusing, berkeringat, gemetar, kesulitan berbicara, hingga detak jantung yang berdebar lebih cepat.

Secara psikologi, gejala ini mungkin akan menimbulkan rasa khawatir yang berlebih akan situasi sosial yang akan terjadi, sehingga membuat mereka menghindari aktivitas sosial, serta khawatir orang lain akan mengetahui rasa gugup mereka dan ketakukan jika melakukan hal-hal aneh.

Penyebab Kecemasan Terjadi

Para ahli belum menemukan penyebab pasti dari gangguan kecemasan ini. Tapi faktor fisik, biologis, dan genetik bisa menjadi faktor utama gejala ini.

Dikutip dari Healthline, masalah dalam sistem neurotransmitter dapat menyebabkan ketidakseimbangan hormon serotin, dopamin, dan glutamat, yang membantu mengatur suasana hati dari orang tersebut. Selain itu faktor lingkungan juga ikut berkontribusi, misalnya, kurang interaksi dengan lingkungan sekitar.

Anxiety Disorder atau Gangguan Kecemasan Berlebih. Foto: dok. Freepik
Terapi dan Afirmasi

Salah satu terapi yang bisa dilakukan adalah Acceptance and Commitment Therapy (ACT), yaitu bagaimana seseorang belajar menggunakan pikiran yang lapang, penerimaan dan mencari celah dalam menunjukan diri di lingkungan sosial, serta menghindari pikiran negatif.

Cara lain yang disarankan adalah mengurangi konsumsi minuman keras, melakukan relaksasi sebelum berhadapan dengan lingkungan sosial, dan melakukan self affirmation untuk meringankan kecemasan tersebut. 

Jika kondisi masih sama dan berpotensi tambah parah, maka konsultasi ke dokter atau psikolog adalah saran yang sebaiknya dilakukan.