Sekelumit Kisah Korban Kos Dua Lantai Ambruk di Sultan Adam

Akhmad Rosadi masih terlihat lelah. Matanya tampak merah. Mafhum mahasiswa semester akhir itu belum ada tidur sedari tadi malam.

Sambil mengangkat barang yang bisa diselamatkan, remaja asal Nagara, Hulu Sungai Selatan itu juga tampak tertatih berjalan. Kaki kanannya sakit. Jari kelingking bagian bawah berdarah. Belum diobati. Foto-apahabar.com/Syahbani

apahabar.com, BANJARMASIN - Akhmad Rosadi masih terlihat lelah. Matanya tampak merah. Mafhum mahasiswa semester akhir itu belum ada tidur sedari tadi malam.

Sambil mengangkat barang yang bisa diselamatkan, remaja asal Nagara, Hulu Sungai Selatan itu juga tampak tertatih berjalan. Kaki kanannya sakit. Jari kelingking bagian bawah berdarah. Belum diobati.

"Sepertinya tadi malam kena benda tajam. Saya kurang sadar terinjak apa. Ini masih sakit," ujar Rosadi lirih.

Ya, Rosadi adalah korban luka dalam ambruknya kos di Jalan Sultan Adam, komplek Madani, Banjarmasin Utara mendadak ambruk, Selasa (7/1) dini hari.

Bersama saudara sepupunya, Afen Yulian, Rosadi ngekos kamar belakang bawah. Persis di bagian bangunan yang rusak parah. 

Detik-detik insiden ambruknya kos dua lantai itu masih kuat diingatkan Rosadi. Tentu itu jadi salah satu pengalaman yang menyerahkan dalam hidupnya.

"Kejadiannya sangat cepat. Sekitar pukul 2 malam. Saya mengira ada gempa. Suaranya begitu nyaring," bebernya.

Waktu kejadian, Rosadi dan Yulian belum terlelap. Ajakan teman bermain game di smartphone jadi sebuah pintu keberuntungan di hari nahas itu. 

"Andai saat itu kami tidur pulas, tak tahu nasib kami bagaimana. Mungkin sudah tertimbun," ujar mahasiswa semester 8 di perguruan tinggi swasta di Banjarmasin itu.

Rosadi tak pernah mengira bangunan kos yang sudah ditempati beberapa tahun terakhir itu bakal ambruk. Pasalnya, tak ada tanda-tanda yang mencurigakan sebelumnya.

Tiba-tiba saat dini hari tadi, terdengar suara keras yang muncul dari bagian atas. "Saya mengira teman-teman di atas sedang bercanda," terangnya.

Dalam hitungan detik, lantai dasar banguan amblas. Dinding kamar roboh, hingga lantai bagian atas yang dipasang keramik terhempas ke bawah.

Rosadi dan Yulian panik, suasana dalam kos kian mencekam ketika arus listrik terputus. Lampu padam. Semuanya menjadi gelap gulita.

"Yulian saat itu langsung lari keluar kamar menyelamatkan diri. Saya tertinggal di dalam," imbuh Rosadi.

Sialnya, saat itu Rosadi terjebak sendirian di kamar. Dia bingung dan sempat pasrah, tapi hatinya berkata lain. Dia harus bisa menyelamatkan diri.

"Lalu saya loncat. Seketika dinding yang besar di kamar saya roboh. Andai tidak, mungkin saya sudah tertimpa," tuturnya.

Saat loncat itulah kaki kanannya menginjak benda tajam. Hingga akhirnya darah mengucur deras. "Saya terus berjalan. Harus mencari jalan keluar," katanya

Setelah berjuang keras mencari celah di tengah kegelapan akhirnya Rosadi berhasil keluar dari reruntuhan. "Alhamdulillah semuanya bisa selamat," ujarnya.

Di sisi lain, Yulian menimpali beberapa barang mereka rusak akibat kejadian tersebut. Salah satunya paling parah laptop jatuh ke bawah bangunan yang berair.

"Laptop saya nggak bisa hidup lagi. Jatuh ke bawah rumah. Handphon Rosadi juga jatuh. Tapi tadi masih bisa nyala," beber Yulian.

Lantas pasca kejadian ini apakah mereka bakal pulang ke Nagara? Rosadi bilang sementara mereka bakal menginap di rumah saudara orangnya. Sambil menenangkan diri.

"Kami punya paman di Kelayan. Sementara ngungsi ke sana. Belum tau pulang atau tidak. Karena sebentar lagi juga kuliah kembali masuk," pungkasnya.

Proses evakuasi sekaligus pengecekan bangunan ambruk tersebut telah dilakukan tim penyelamat dari Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) Banjarmasin.

Hasil dari pengecekan sementara, penyebab ambruknya bangunan semi permanen itu diduga karena adanya kegagalan konstruksi.

"Bagian bawah tak mampu menopang beban. Lantai dua. Dari pemeriksaan kami bagian tiang pondasi cukup kecil," kata Pelaksanaan Kegiatan BPKP Banjarmasin, Rama Ramadhan di lokasi kejadian.