Museum BPK RI

Sejarah Kantor BPK RI di Jakarta, Tapi Museumnya di Magelang

Menurut sejarah, BPK RI didirikan di Kota Magelang pada 1 Januari 1947. Lalu akhirnya berpindah ke Jakarta.

Museum BPK RI Magelang (Apahabar.com/Arimbihp)

apahabar.com, MAGELANG -  Menurut sejarah, BPK RI didirikan di Kota Magelang pada 1 Januari 1947. Lalu akhirnya berpindah ke Jakarta.

Wisata sejarah di Kota Magelang tak pernah habis. Sebab, kota ini memiliki banyak jejak sejarah yang dijadikan wisata menarik untuk dikunjungi masyarakat.

Salah satu wisata sejarah yang sayang untuk dilewatkan saat mengunjungi Magelang adalah Museum Badan Pengawas Keuangan (BPK).

Bangunan Museum BPK RI yang terletak di Jalan Diponegoro, Kota Magelang itu masih kokoh dan megah. Sesuai namanya, gedung tersebut merupakan tempat dibentuknya atau pertama kali didirikan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Republik Indonesia.

Didirikan ketika Ibu Kota RI Berpindah ke Yogyakarta

BPK RI dirikan pada 1 Januari 1947 di Magelang, dan akhirnya berpindah ke Jakarta. Pendirian BPK RI pertama kali di Kota Magelang berangkat dari kondisi ibu kota Indonesia yang saat itu dipindah ke Yogyakarta pada 1946.

Dengan pemindahan itu, kantor-kantor, lembaga maupun kementerian banyak tersebar di sekitar Yogyakarta, termasuk di Magelang.

Staf Museum BPK RI Awi Pramayudha menjelaskan, bangunan tersebut pertama kali diresmikan pada 4 Desember 1997.

"Museum BPK RI pertama kali diresmikan dengan luas bangunan 163 meter, kemudian tahun 2016 dilakukan perluasan lagi," kata Awi, Sabtu (11/8).

Lebih lanjut, Awi menuturkan, Museum NBPK direnovasi hingga luas bangunan menjadi 1.415 meter persegi dengan luas tanah mencapai 3.880 meter persegi.

Ia menjelaskan di dalam Museum BPK RI, menceritakan tentang sejarah lahirnya BPK, tugas pokok dan fungsi BPK, ada juga profil Ketua BPK.

Tak hanya itu, Museum BPK RI juga mencatat sejumlah capaian BPK dan juga kiprah BPK di dunia Internasional.

“Di Museum BPK RI, juga terdapat barang-barang yang memiliki sejarah di BPK sendiri. Seperti mesin cetak kertas untuk membuat laporan hasil audit BPK zaman dahulu, ada juga barang-barang bersejarah serta dokumentasi BPK terdahulu,” tutur Awi.

Di Museum BPK RI, terdiri dari beberapa ruang yang masing-masing memiliki fungsi sendiri. Ruang pertama merupakan lobi, di mana pegununjung bisa melihat denah dari Museum BPK RI itu sendiri. Sementara untuk ruangan kedua menceritakan tentang sejarah berdirinya BPK RI.

Dari sejarah itu, kita mendapat cerita bahwa BPK RI pertama kali diusulkan oleh Wakil Presiden RI Mohammad Hatta. Kala itu, Mohammad Hatta mengusulkan adanya lembaga yang bertanggung jawab atas pemeriksaan keuangan negara.

Setelah diusulkan oleh Hatta, Presiden Soekarno mulai menetapkan dan memutuskan untuk mendirikan BPK RI pada 1 Januari 1947. Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta merupakan Dwi Tunggal di balik berdirinya BPK RI.

Sebagai Ketua BPK RI yang pertama, diangkatlah R Soerasno, dan Aboemantri sebagai anggota serta Djunaedi sebagai sekretaris.

“Sejarah berdirinya BPK RI berada di lobi yang kedua. Kenapa Museum BPK RI berada di Kota Magelang, karena dulu BPK memang lahir di Kota Magelang. Sejarah beridirnya BPK tertuang pada lukisan yang berada di dalam lobi kedua ini,” ujar Awi menjelaskan. 

Lukisan Batik Penuh Makna

Selain gambar besar Soekarno-Hatta di lobi ke dua, juga terpampang lukisan batik yang penuh dengan sejarah dan makna. Lukisan batik itu ditampilkan atas usul Ketua BPK RI periode 1978-1983, Umar Wirahadikusuma.

Lukisan batik dilukis oleh seniman asal Yogyakarta, Kuswaji Kawindrosusanto di atas kain selebar 7×2,5 meter.

Diceritakan dalam lukisan, seorang raja yang tidak tahu tata tertib dan aturan menebar angkara murka dan tidak peduli dengan penderitaan rakyat.

Akibatnya, keadaan kerajaan menjadi kacau balau. Hal tersebut bermakna, jika pengelolaan keuangan tak terurus dengan baik, banyak korupsi, manipulasi, dan penyelewengan membuat kejahatan merajalela, maka akan membuat rakyat menderita.

Karena cerita dalam lukisan batik memiliki makna filosofi yang luhur bagi tugas BPK RI, Umar Wirahadikusuma berpesan agar lukisan berbahan sutera tersebut selalu dijaga.